REPUBLIKA.CO.ID, BRAZZAVILLE - Ledakan yang terjadi di sebuah gudang senjata milik militer di Republik Kongo menewaskan sedikitnya 206 orang, Ahad (4/3). Insiden yang terjadi sekitar pukul 08.00 waktu setempat itu meruntuhkan rumah dan bangunan di sekitarnya. Asap tebal membumbung tinggi karena ledakan tersebut.
Juru Bicara Pemerintah Bienvenu Okyemi mengatakan dugaan ledakan akibat arus pendek. Langkah ke depan, pemerintah berjanji akan memindahkan markas militer di luar kota. Setidaknya terdapat lima kamp militer di Brazzaville.
Ratusan orang terluka, sebagian besar akibat tertimpa reruntuhan bangunan. Okyemi mengatakan sekitar 1.500 orang terluka. Ledakan itu juga menghancurkan dua gereja yang penuh dengan orang saat menghadiri misa.
Ledakan bisa dirasakan hingga radius lima kilometer. Ledakan terasa hingga ibukota negara tetangga, Kinshasa yang dipisahkan oleh sebuah sungai dari Brazzaville.
Okyemi mengumumkan pemberlakuan jam malam di sekitar kawasan yang terkena ledakan. Ia tidak merinci lebih jauh wilayah mana atau pukul berapa. Anak-anak yang terpisah dari orangtuanya berada dalam tanggung jawab pemerintah.
"Rasanya seperti tsunami. Atap-atap rumah beterbangan," ujar seorang pelajar Christine Ibata, Senin (5/3).
Saksi mata lain mengatakan melihat para korban dengan luka parah dibawa ke rumah sakit. Kondisi jenazah sebagian besar terbakar atau kehilangan anggota tubuh. Jenazah akan dibawa ke ruang jenazah di rumah sakit pusat. Jumlah korban tewas diperkirakan akan terus bertambah sebab hingga kini petugas masih melakukan evakuasi.
Api yang berada di pusat ledakan sudah bisa dikendalikan. Namun, api di sejumlah rumah dan bangunan masih menyala.