REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Tentara AS yang membantai warga sipil Afganistan akan dituntut dengan 17 kasus pembunuhan, Kamis (22/3). Pejabat Pentagon mengatakan, tuduhan kepada Sersan Robert Bales (38 tahun) akan dikeluarkan pada Jumat (23/3).
"Tuduhan terhadap Bales termasuk 17 pembunuhan, enam tuduhan percobaan pembunuhan dan enam tuduhan penyerangan serta pelanggaran lain dari hukum militer," tulis kantor berita AP.
Sebelumnya, Sersan Robert Bales menyerang penduduk desa di rumah mereka di Provinsi Kandahar pada 11 Maret. Sebanyak 16 orang menjadi korban pembantaian dirinya, termasuk 9 anak-anak. Bales kemudian dibawa ke penjara militer AS setelah dipindahkan dari Afghanistan ke Kuwait.
Dia akan menghadapi hukuman mati jika terbukti bersalah. Bales merupakan tersangka tunggal dalam pembunuhan itu - meskipun Afghanistan beberapa kali menyebutkan bahwa lebih dari satu tentara Amerika yang terlibat dalam pembunuhan itu. Dia ditahan dalam kurungan terpisah di pusat penahanan militer di Fort Leavenworth, Kansas.
Awal pekan ini, kuasa hukum Bales mengatakan kliennya hanya dapat sedikit mengingat peristiwa tersebut. Sebelumnya, dia menyebutkan bahwa kliennya mabuk pada malam hari sebelum pembunuhan. John Henry Brown juga mengatakan tidak ada "bukti forensik" yang menunjukan kliennya bersalah dan "tidak ada pengakuan".
Browne mengatakan pekan ini bahwa ia akan melakukan perjalanan ke Afghanistan untuk melakukan penyelidikan dan mengatakan tuduhan-tuduhan akan sulit dibuktikan.
Sebelumnya juga Browne menyarankan Angkatan Darat AS tidak seharusnya mengirim Bales ke Afghanistan setelah ia menderita cedera otak concussive tur ketiga di Irak setelah kendaraannya menabrak sebuah IED.
Kasus itu telah merusak hubungan AS dengan Afganistan, terlebih aksi pembakaran Alquran oleh tentara AS yang menelan puluhan korban jiwa. Afganistan meminta rencana penarikan tentara NATO dari negaranya segera dipercepat.
Pengadilan Sersan Bales dapat berlangsung selama beberapa tahun, berbeda dengan permintaan Afghan agar proses hukum dilakukan dengan cepat dan tegas. Taliban meminta agar pembicaraan damai dihentikan sebagai reaksi atas peristiwa pembunuhan 16 warga sipil Afghanistan.