Senin 13 Nov 2023 10:36 WIB

Tentara AS Diduga Ikut Bertempur Bersama Israel di Gaza

Pada 1 November, AS menyebut tidak akan menempatkan pasukan AS di Gaza

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Warga Palestina berduka atas kematian kerabatnya dalam pemboman Israel di Jalur Gaza, di rumah sakit di Khan Younis, Sabtu, (11/11/2023).
Foto: AP Photo/Fatima Shbair
Warga Palestina berduka atas kematian kerabatnya dalam pemboman Israel di Jalur Gaza, di rumah sakit di Khan Younis, Sabtu, (11/11/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang saksi dari warga Palestina yang mengungsi dari lingkungan Al Naser di barat Gaza mengatakan, tentara Amerika Serikat (AS) ikut bertempur bersama Israel di Gaza. Saksi tersebut mengatakan, tentara itu sangat fasih berbahasa Inggris dan di seragam mereka ada bendera AS.

"Saudara laki-laki saya datang dengan bendera putih dan mulai berbicara dengan seorang tentara dalam bahasa Inggris.  Dia (tentara itu) tidak ada bendera Israel (di seragamnya)," ujar saksi mata tersebut, dalam video yang diunggah Aljazirah.

Baca Juga

Seorang reporter bertanya kepada saksi mata itu, "Apakah itu bendera Amerika?" Saksi tersebut menjawab, "Ya, dia punya bendera Amerika".

Reporter tersebut kemudian menegaskan, " Apakah dia seorang tentara?". Saksi itu menjawab, "Ya, dia seorang tentara dan dia memiliki bendera Amerika."

Saksi tersebut bersama keluarganya diizinkan untuk mengungsi setelah melalui tahap pemeriksaan yang rumit oleh pasukan Israel. Dia mengatakan, sekitar 10 tank Israel telah mengepung area rumahnya. Pasukan Israel juga menggeledah barang bawaan saksi itu beserta keluarganya sebelum mengizinkan pergi untuk mengungsi.

Pada 1 November, Gedung Putih mengatakan, Amerika Serikat tidak akan menempatkan pasukan AS di Gaza dalam peran penjaga perdamaian apa pun di masa depan. “Tidak ada rencana atau niat untuk menempatkan pasukan militer AS di Gaza, sekarang atau di masa depan,” kata juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby kepada wartawan.

Kirby juga mengatakan, Amerika Serikat tidak percaya kelompok pejuang Palestina, Hamas, dapat terlibat dalam pemerintahan Jalur Gaza di masa depan ketika perang dengan Israel selesai. Kirby mengatakan, Amerika Serikat tidak mendukung pemukiman permanen warga sipil Gaza di luar Gaza, yang dijalankan oleh Hamas.

Ketika Amerika Serikat dan sekutu serta mitranya mendiskusikan opsi-opsi untuk Gaza pascaperang, Kirby mengatakan, menjadikan Hamas sebagai pemimpin dalam pemerintahan Gaza di masa depan akan menjadi masalah.

“Kami yakin Hamas tidak bisa menjadi masa depan pemerintahan di Gaza. Mereka tidak bisa. Apa yang terjadi setelah konflik, kami belum memiliki semua jawabannya, namun kami bekerja sama dengan mitra kami di kawasan ini untuk mengeksplorasi seperti apa tata kelola pemerintahan di Gaza," ujar Kirby.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement