Rabu 18 Apr 2012 06:46 WIB

Ethiopia-Eritrea Memanas

Seorang anggota kelompok turis (dua kiri), yang menjadi korban serangan bersenjata, menutupi wajahnya ketika tiba di Bandara Addis Ababa, Ethiopia, Rabu (18/1).
Foto: AP/Elias Asmare
Seorang anggota kelompok turis (dua kiri), yang menjadi korban serangan bersenjata, menutupi wajahnya ketika tiba di Bandara Addis Ababa, Ethiopia, Rabu (18/1).

REPUBLIKA.CO.ID, ADDIS ABABA -- Hubungan Ethiopia dan Eritrea menegang. Perdana Menteri Ethiopia, Meles Zenari, menuduh Eritrea, kemarin, menculik puluhan pekerja tambang dari Ethiopia barat laut. "Mereka (pemerintah Eritrea) belum lama ini menculik lebih dari 100 penambang emas di daerah barat laut negara kami. Di daerah timur laut, mereka membunuh sejumlah turis dan menculik yang lainnya," kata Meles, seperti dilansir Reuters dan dipantau Antara, Rabu (18/4).

Pasukan Ethiopia memasuki negara Laut Merah itu bulan lalu dan menyerang pangkalan-pangkalan militer yang digunakan pemberontak untuk melancarkan serangan. Selain itu, Ethiopia menuding pemberontak menewaskan lima orang turis asing di daerah Afar Ethiopia, pada 17 Januari.

Serangkaian serangan itu adalah yang pertama di daerah Eritrea. Kondisinya semakin memanas dengan tudingan penculikan penambang emas itu. "Kami telah melakukan tindakan yang proporsional di dua lokasi itu," katanya kepada para anggota parlemen. Meles tak merinci waktu dan tempat penculikan itu terjadi, dan respon seperti apa dari pihaknya.

Para pejabat Eritrea sering membantah tuduhan-tuduhan negara seterunya itu. Negara itu menuding balik Ethiopia yang berkomplot untuk merusak reputasi Eritrea. Ethiopia secara rutin menuduh Asmara (ibu kota Eritrea) mendukung kelompok-kelompok separatis Ethiopia. Ethiopia menyalahkan satu gerakan pemberontak Afar atas penculikan para warga Barat di daerah Afar selatan tahun 2007, dan serangan di daerah yang sama awal tahun ini.

Satu kelompok pemberontak daerah Afar mengatakan, pada Februari mereka telah membebaskan dua warga Jerman. Setelah perang perbatasan, Komisi Perbatasan Eritrea-Ethiopia yang berpusat di Den Haag, Belanda menetapkan kota titik api Badme adalah milik Eritrea, tetapi desa itu (Afar) tetap berada dalam kekuasaan negara tetangganya itu. Masalah itulah yang sering menjadi sumber ketegangan dua negara ini.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement