REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Leon Panetta menuding Cina membantu program rudal Korea Utara (Korut). Pasalnya, beberapa ahli militer Barat menganggap desain rudal Korut berasal dari Cina. Tapi semua tuduhan itu segera dibantah negeri tirai bambu tersebut.
Di bawah resolusi Dewan Keamanan PBB 2006-2009, semua negara di dunia, termasuk Cina, dilarang membantu program rudal, aktivitas nuklir dan menyediakan senjata berat bagi Korut. "Sampai tingkat tertentu, saya yakin ada bantuan dari Cina," sebut Panetta kepada anggota Komite Angkatan Bersenjata, Kamis (19/4).
Cina dan Korut memang memiliki hubungan militer dan ekonomi yang didasarkan kesamaan ideologi komunis. Korut menyatakan kesiapannya membalas berbagai kecaman atas kegagalan peluncuran roketnya.
Setelah peluncuran tersebut, Pemerintah AS membatalkan pemberian bantuan pangan. Tapi Korut tak kalah galak dan menjawab 'gertak sambal' dengan lebih lantang. Negeri ginseng itu menyebut bantuan pangan itu hanya bernilai kecil.
Seiring dengan meningkatnya ketegangan dengan Korut, Cina menegaskan kembali agar pembicaraan denuklirisasi kawasan yang tertunda selama bertahun-tahun dilakukan kembali. Bahkan, Korea Selatan mengumumkan telah menyiapkan rudal jelajah yang mampu menyerang semua wilayah manapun di Korut, Kamis (19/4).
Dalam rapat dengar pendapat, Kamis (19/4), perwakilan Partai Republik, Michael Turner menyinggung mengenai truk pengangkut rudal yang dipamerkan Korut dalam parade militer. Turner menilai pengangkut rudal tersebut made in Cina.
Sayangnya, Panetta menolak memberikan rincian lebih lanjut mengenai bentuk dukungan Cina terhadap kemampuan rudal Korut. Menurutnya, informasi tersebut sangat sensitif. Namun, Panetta menegaskan secara jelas dukungan itu memang ada. Tapi Panetta menegaskan, tidak ada keraguan bila usaha Korut mengembangkan rudal jarak jauh dan senjata nuklir merupakan ancaman bagi AS.
"Karena alasan itulah, kami menanggapi langkah provokatif Korut dengan serius," ujarnya.
Seharusnya menurut Panetta Cina memperingatkan Korut agar melakukan negosiasi diplomatik. Selama ini Amerika mengira telah terjadi kemajuan dalam negosiasi diplomatik tersebut, tapi pada hasilnya nihil. Karena itu, pejabat di Korsel mengambil sikap waspada terhadap Cina. "Jika benar rudal tersebut dijual oleh Cina, itu adalah masalah," kata pejabat kementerian luar negeri Korsel yang enggan disebutkan namanya.