Jumat 04 May 2012 22:27 WIB

Surat Usamah: Bunuh Obama, Biden akan Kelimpungan

Usamah bin Ladin
Foto: abcnews.com
Usamah bin Ladin

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON –  Usamah bin Ladin ternyata tak menganggap penting sosok Wakil Presiden AS, Joe Biden. Bahkan dalam surat rahasia yang ia kirimkan kepada tangan kanan kepercayaannya, Anwar al-Awlaki, ia fokus hanya mengincar Presiden AS, Barack Obama, tidak wakilnya.

Dalam dokumen itu, Usamah memberi instruksi untuk menyerang setiap pesawat yang diperkirakan ada Obama di dalamnya. Demi misi yang disebut membangkitkan bulu kuduk itu, dibentuklah tim khusus di Pakistan dan Afghanistan. Tak hanya Obama, Jendral David Petraeus, mantan komandan tertinggi militer AS juga menjadi sasaran.

"Alasan konsentrasi terhadap mereka karena Obama ialah dalang semuanya dan membunuhnya otomatis akan membuat Biden mengambil alih kepresidenannya, saat itu terjadi, ada norma di sana," tulis bin Laden. "Biden sepenuhnya tidak siap untuk posisi itu dan kondisi tersebut bisa membawa AS ke dalam Krisis. Sementara Petraeus, ia adalah sosok di jam-jam terakhir perang tahun lalu, membunuhnya akan mengubah alur perang."

Dokumen yang dirilis oleh Pusat Penanggulangan Terorisme di West Point itu menggambarkan Bin Ladin kian frustrasi dan terisolasi. Ia digambarkan pula tengah berjuang untuk tetap mempertahankan kendali atas gerakan global yang --disebut AS-- ia ciptakan sendiri. Dia juga khawatir anak buahnya mulai 'nakal' dan menjalankan aksi tanpa berkoordinasi dengannya terlebih dulu.

Menurut pengamat politik internasional, tak mengherankan jika Bin Ladin mengalami kesulitan dalam mengendalikan bawahannya. "Satu masalah dalam menjalankan sebuah organisasi pembunuh dan fanatik adalah mereka akan sulit mengontrol," kata Bruce Riedel, mantan pejabat CIA di Brookings Institution, sebuah lembaga think tank.

Saat ia tengah memperjuangkan kontrol, Usamah masih aktif berkorespondensi. Bahkan, hanya beberapa hari sebelum penggerebekan yang menewaskannya, ia masih menulis. Ia menyebutkan musim semi Arab bisa menjadi titik balik bagi kekuatan kaum muslim. Pada saat tulisan dibuat, Zine El Abidine Ben Ali dan Husni Mubarak telah jatuh dari kekuasaan di Tunisia dan Mesir.

"Jatuhnya tiran yang tersisa di kawasan itu tak terelakkan," tulis Bin Ladin dalam sebuah surat pada 25 April 2011. "Jika kita melipatgandakan usaha kita untuk membimbing, mendidik, dan memperingatkan kaum muslim, maka tahap berikutnya kita akan menyaksikan (kemenangan) bagi Islam, bila Allah menghendaki," tulisnya.

Riedel memperingatkan untuk tidak menarik kesimpulan terlalu banyak dari dokumen itu karena surat tersebut hanya sebagian kecil dari ribuan dokumen yang disita. Dokumen yang dirilis Kamis, 3 Mei 2012 itu tidak memberi petunjuk apa pun mengenai bagaimana Bin Ladin bisa bersembunyi di Pakistan dan apakah ada orang dalam pemerintahan yang membantunya.

sumber : USA Today
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement