Ahad 06 May 2012 05:03 WIB

'Manhunt' & Detil Sekilas Operasi Pembunuhan Usamah Bin Ladin

Situasi di ruangan dalam Gedung Putih, pada 1 Mei 2011, ketika tim Navy SEAL di kirim dalam operasi khusus untuk menyergap dan membunuh Usamah bin Ladin di Abbottabad
Foto: White House/Peter L Souza
Situasi di ruangan dalam Gedung Putih, pada 1 Mei 2011, ketika tim Navy SEAL di kirim dalam operasi khusus untuk menyergap dan membunuh Usamah bin Ladin di Abbottabad

REPUBLIKA.CO.ID, Perburuan dengan target seorang manusia, itulah subyek dari buku teranyar sekaligus keempat dari Peter L. Bergen. Fokus utamanya yakni Usamah Bin Ladin dan Alqaidah.

“Manhunt: The Ten-Year Search for Bin Laden From 9/11 to Abbottabad” judul buku itu menitikberatkan terhadap materi bersama informasi baru yang dikumpulkan lewat wawancara dengan anggota Dewan Keamanan Nasional, intelijen dan petinggi divisi kontraterorisme serta anggota dan perwira yang tergabung dalam Operasi Khusus penyerbuan ke Abbottabad.

Buku 'Manhut' ini mengulas pula detail-detail penyusunan serangan, seperti bagaimana dua helikopter tempur Black Hawk versi siluman yang telah dimodifikasi mengangkut tim elit Navy SEALs berangkat dari Jalalabad, Afghanistan pukul 23.00 waktu setempat menuju Abbottabad, menempuh 250 kilometer dalam waktu sekitar 1,5 jam. Meski siluman, mereka terbang rendah tepat di atas pucuk-pucuk pohon demi menghindari radar. Satu pesawat intai tanpa awak, Predator dengan kamera menyertai misi tersebut.

Berdasarkan riset dan penulisan Peter L Bergen, operasi penyerbuan ke bangunan berlantai tiga itu terkesan efektif sekaligus kejam. Perintah yang diberikan kepada tentara di lapangan bukanlah penangkapan. Menurut pengakuan dan penuturan beberapa tokoh yang terlibat, anggota SEALs dalam misi tidak melakukan identifikasi kepada target macam 'We're US Marines' saat menyerbu dan menyerukan kata 'menyerah dan angkat tangan'--prosedur standar yang jamak dalam operasi.

Semua korban yang tewas termasuk Usamah, dieksekusi langsung di tempat. Tak ada bentrok senjata. Semua tembakan hanya datang dari pihak marinir Angkatan Laut AS. Dalam Manhut, serangan digambarkan bukan lagi misi 'shoot on sight' (tembak di tempat) melainkan 'shoot to kill' (menembak untuk membunuh).

Abu Ahmed al-Kuwaiti, langsung ditembak dua kali di dada, begitu ia melongok keluar jendela saat mendengar ada keributan, Adiknya Abu Ahmed, Abrarr, berserta istrinya Busyra, juga langsung dieksekusi di ruang tamu. Kemudian anak lelaki Usamah, Khalid bin Ladin, 23 tahun, yang menuruni tangga dari lantai 3 ke lantai dua  dihabisi sebelum menyentuh lantai.

Ketika satu marinir bergerak ke lantai tiga,  Amal, istri ketiga Usamah mencoba menghalangi dan berteriak dalam bahasa Arab. Betisnya ditembak dan didorong hingga terguling ke lantai. Tepat saat itu marinir kedua yang menyusul temannya ada di belakang dan mengeksekusi Usamah. Pemimpin Alqaidah itu berdiri ketika ditembak dua kali, satu di dada, satu di kepala, tepat di bola mata sebelah kiri. Menurut Peter dalam bukunnya, bola matanya copot dan otaknya terburai.

Eksekusi itu dilakukan dalam tempo 15 menit. Setelah target utama terbunuh, para marinir masih berada di sana beberapa menit lagi untuk mengumpulkan dokumen-dokumen dan bukti penting lain. Di mana anggota keluarga yang lain? Ada marinir yang bertugas 'mengamankan', mereka diikat menjadi satu di lantai satu, anak-anak, cucu dan istri Usamah yang lain. Total waktu yang dibutuhkan, mulai penyergapan, eksekusi hingga mengambil bukti berlangsung 38 menit.

Dalam pendaratan di kebun, satu ekor helikopter menghantam pagar, membuat pilot harus menukikkan hidung ke tanah. Satu unit black hawk lain memilih mendarat di luar kompleks tempat tinggal Usamah. Dituturkan pula bagaimana pilot terlatih harus mengorbankan helikopter yang tak mungkin digunakan lagi, merusak peralatan si elang hitam dan membakarnya agar teknologinya tak tercuri. Usai misi eksekusi tuntas, satu unit Chinook yang telah dipanggil gantian mengangkut tim pulang.

Jam tiga pagi waktu setempat, tim operasi khusus Navy SEAL telah meninggalkan wilayah udara Pakistan. Semua serangan operasi itu direkam kamera dan disaksikan langsung oleh Obama beserta pejabat dan petinggi terkait di Gedung Putih.

Begitu kepastian tim berada di lokasi aman diperoleh, barulah Komandan Pasukan Gabungan AS, Admiral Mike Mullen, mengontak Kepala Staf Angkatan Bersenjata Pakistan, Jenderal Ashfaq Kayani, bahwa AS baru saja melakukan operasi penyerangan di Abbottabad, membunuh Usamah dan membawa jenazahnya.

Saat militer Pakistan tiba, semua jenazah masih dalam posisi ketika mereka terbunuh. Abu Ahmed berada di bangunan terpisah. Adik Abu Ahmad dan istrinya di ruang tamu dan Khalid tersungkur bersimbah darah di tangga.

Persiapan hingga operasi itu digambarkan sangat dirahasiakan betul. Setelah Obama memutuskan menggunakan taktik penyerbuan, barulah Menteri Pertahanan Robert Gates dan Menteri Luar Negeri, Hillary Clinton tahu. Clinton bahkan disebut sebagai orang terakhir yang mengetahui misi tersebut.

Terlepas dari bentuk serangan kejam, kerahasiaan operasi itu beralasan. Tiga jam sebelum Obama menyampaikan pidato, CNN menjadi media yang pertama kali melaporkan pembunuhan Usamah. Situasi itu membuktikan pula kuatnya koneksi dan jaringan sumber yang dimiliki media di sana.

Dalam bukunya pula Peter Bergen menulis, “Bin Laden meninggal dikelilingi oleh istri-istrinya dalam hunian suburban yang kumuh dipenuhi pecahan kaca dan mainan anak-anak serta botol-botol obat yang berserakan---bukti keganasan serangan SEALs di 'persembunyian terakhirnya'.

sumber : New York Times/Times
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement