REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Salah satu penyelenggara ujian bahasa Inggris terkemuka, AQA dituduh 'membenarkan' kampanye antisemit di sekolah. Sebab, dalam satu soal siswa diminta untuk menjelaskan mengapa ada prasangka negatif terhadap Yahudi.
Pertanyaan itu segera memicu kemarahan di antara para guru, orang tua, menteri dan anggota komunitas Yahudi. "Jelas ini tidak dapat diterima," kata Jon Benjamin, kepala eksekutif Dewan Yahudi Inggris, seperti dikutip dailymail.co.uk, Jumat (25/5).
Rabbi David Meyer, kepala eksekutif Sekolah Tinggi Hasmonean, mengatakan, peran pendidikan adalah untuk menghapus prasangka dan tidak untuk membenarkannya. Pertanyaan yang menggiring ke arah prasangka tidak dibenarkan.
Menteri Pendidikan Michael Gove mengatakan AQA perlu menjelaskan bagaimana dan pertanyaan macam itu masuk dalam kertas ujian. "Kita harus waspada dengan masalah ini," singkatnya.
Salah seorang guru, Clive Lawton menilai masalah itu tidak perlu direspon secara berlebihan. "Anak-anak tentu harus tahu apa yang menyebabkan dan asal-usul prasangka itu," kata dia.
Juru bicara AQA mengatakan pertanyaan fokus bagaimana sebenarnya prasangka dan diskriminasi dengan mengacu pada ras, agama dan pengalaman Yahudi saat mereka mengalami penganiayaan.
"Kami harapkan para siswa dengan Holocaust dapat menggambarkan prasangka yang merujuk pada ketakutan irasional, kebodohan dan kambing hitam," kata dia.
Dia menambahkan tidak ada maksud lain dengan adanya pertanyaan itu. Pihaknya menyadari bahwa setiap orang memiliki prasangka terhadap hal tertentu, tetapi bukan berarti prasangka itu dibenarkan.