Senin 30 Jul 2012 10:50 WIB

Utusan HAM PBB Datangi Myanmar Bahas Rohingya

Rep: Gita Amanda/ Red: Hafidz Muftisany
 Seorang ibu dari etnis Rohingya beserta anaknya naik becak di sebelah Utara jalan kota Sittwe, Myanmar.  (Damir Sagolj/Reuters)
Seorang ibu dari etnis Rohingya beserta anaknya naik becak di sebelah Utara jalan kota Sittwe, Myanmar. (Damir Sagolj/Reuters)

REPUBLIKA.CO.ID, YANGOON-- Utusan Hak Asasi Manusia PBB tiba di Myanmar Ahad (29/7) lalu. Kedatangan tersebut terjadi beberapa hari setelah PBB menyatakan keprihatinannya atas ancaman pembersihan etnis Myanmar terhadap minoritas Muslim Rohingya.

Ahad (29/7) malam, Pelapor Khusus PBB Tomas Ojea Quintana mendarat di ibukota Yangoon untuk melakukan kunjungan. Kunjungan direncanakan mecakup perjalanan ke negara bagian Rakhine yang selama ini bermasalah. Selain itu Quintana juga direncanakan akan bertemu dengan  Presiden dan anggota masyarakat sipil Myanmar.

Kunjungan tersebut dilakukan setelah PBB memperingatkan bahwa telah terjadi penganiayaan berat terhadap Muslim Rohingya di Myanmar.Menurut PBB Muslim Rohingya menghadapi ancaman pembersihan etnis dan kekerasan yang disponsori oleh negara.

"Myanmar yang diperintah mantan Letnan Jenderal Angkatan Darat Thein Sein, menghadapi tantangan hak asasi manusia yang tengah berlangsung," ujar dia.

Utusan PBB tersebut rencananya akan bertemu Sein di Naypyidaw pada Jumat mendatang. Rencananya mereka juga akan melakukan kunjungan ke negara bagian Rakhine.

"Kami tak tahu apa yang akan mereka bicarakan. Tapi tentu situsai di Rakhine akan menjadi isu utama," kata seorang pejabat pemerintah Myanmar.

Selama ini Pemerintah Myanmar menolak mengakui Rohingya sebagai bagian dari Myanmar. Mereka mengklasifikasikan Rohingya sebagai migran ilegal. Meskipun Rohingya yang kebanyakan keturunan Muslim dari Persia, Turki, Bengali dan Pashtun tersebut telah bermigrasi ke Myanmar sejak awal abad kedelapan.

PBB mengatakan, puluhan tahun diskriminasi terus terjadi pada Muslim Rohingya. Myanmar menerapkan pembatasan pergerakan mereka dan memotong hak lahan, pendidikan, pelayanan publik Muslim Rohingya. PBB juga menggambarkan Rohingya sebagai Palestina dari Asia. Yakni sebuah komunitas minoritas paling teraniaya di dunia.

sumber : AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement