Senin 27 Aug 2012 21:37 WIB

Polisi Prancis Kembali Usir Warga Roma

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS - Polisi Prancis Senin membongkar kampung Roma di dekat Paris, menggusur 70 orang, termasuk 19 anak-anak, ke jalanan hanya beberapa hari sesudah pemerintah menjanjikan pendekatan baru dalam penanganan suku kecil pendatang itu.

Polisi di pinggiran Evry masuk saat fajar untuk membersihkan kampung itu sesudah perintah pengusiran dikeluarkan oleh walikota setempat, Francis Chouat, dengan alasan keselamatan dan kesehatan umum. Langkah itu lebih dini 24 jam daripada sidang pengadilan, yang dijadwalkan untuk meninjau keputusan walikota tersebut.

Pemerintah pada pekan lalu berjanji minta izin pengadilan, tapi persyaratan itu ditunggangi keputusan walikota bahwa kedekatan kampung tersebut dengan jalur rel pelaju membuatnya berbahaya.

Menteri Dalam Negeri Manuel Valls, yang menyetujui pembersihan beberapa kampung Roma sejak pemerintah Sosialis berkuasa, mendukung langkha itu, dengan menggambarkan kebersihan di permukiman Evry "tak tertahankan".

Sekitar 15.000 warga suku Roma tinggal di kampung serupa di seluruh Prancis dan kehadiran mereka, hampir selalu menjadi sasaran permusuhan penduduk setempat, menjadi sakit kepala politik besar bagi Sosialis.

Valls meneruskan pendekatan pemerintahan sebelumnya, yang secara berkala membongkar kampung dan menawarkan penerbangan gratis serta uang perangsang bagi warga Roma kembali ke negara asal mereka.

Tapi, kebijakan itu, yang dicela akibat mengingatkan akan zaman penganiayaan Nazi saat diluncurkan Presiden Nicolas Sarkozy pada 2010, berdampak kecil terhadap angka keseluruhan dan Valls dikecam oleh beberapa rekannya, kelompok hak asasi manusia dan Komisi Eropa.

Pada pekan lalu, pemerintah bergerak untuk menenangkan kecaman dengan mengumumkan akan mengurangi pembatasan pendatang Bulgaria dan Rumania ke pasar kerja. Pemerintah juga akan bertindak atas dasar perintah pengadilan dan seharusnya dengan rencana penampungan lain, yang dibuat lebih dulu.

Bukan itu masalah di Evry, tempat warga Roma diusir dengan kasar dari tempatnya, yang menjadi rumah mereka beberapa bulan. "Polisi tiba pada pukul 05.00," kata Lakatos (22 tahun), yang sudah tiga tahun di Prancis dan tinggal di kampung itu tiga bulan belakangan, "Saya tidak tahu ke mana akan pergi."

Serge Guichard, yang bekerja bagi kelompok pendukung Roma, menyatakan pengusiran itu terjadi tanpa keterlibatan dinas sosial. "Satu-satunya orang yang datang untuk melihat mereka adalah polisi," kata Guichard.

"Ada 19 anak-anak di kampung ini. Mereka semua sekolah. Sekarang, mereka terancam menjadi anak jalanan," katanya. Wakil walikota, Herve Perard, pun mempertanyakan apakah pengusiran itu betul-betul diperlukan.

"Saya tidak mengerti mengapa kami tidak menunggu sidang pengadilan. Saya tidak mengerti mengapa itu begitu mendesak," kata Perard, anggota partai Hijau, mitra kecil Sosialis di pemerintahan.

Sementara itu, Valls mengumumkan bahwa ia dan Menteri urusan Eropa Bernard Cazeneuve akan mengunjungi Rumania pada September untuk membicarakan masalah Roma tersebut.

Menteri dalam negeri yakin Prancis membayar kegagalan Rumania mengatasi berabad pembedaan terhadap warga Roma. "Saya ingin memahami mengapa kebijakan kuat penyatuan tidak diterapkan di negara asal mereka," kata Valls.

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement