REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Tokoh ekstrem kanan Prancis Jean Messiha tutup akun Gofundme untuk keluarga polisi pembunuh remaja kulit hitam yang memicu kerusuhan selama berhari-hari di seluruh Prancis. Penggalangan dana tersebut kontroversial tapi berhasil mengumpulkan 1,5 juta euro sebelum ditutup pada Selasa (4/7/2023).
Penggalangan dana itu menimbulkan kritik dan ancaman tuntutan hukum. Motif Messiha sebenarnya diduga untuk menyebarkan pesan kebencian dan mengadu domba warga miskin kota yang sebagian besar imigran.
Perdana Menteri Prancis Elisabeth Borne mengatakan penggalangan dana untuk keluarga polisi yang dipenjara tidak berkontribusi untuk menenangkan situasi. Menteri Kehakiman Eric Dupond-Moretti memperingatkan segala bentuk "instrumentasi."
Kerusuhan pecah sejak remaja berusia 17 tahun dibunuh polisi dalam pemeriksaan lalu lintas Selasa (27/6/2023) lalu. Nahel diberhentikan saat mengemudi mobil Mercedes di pinggir kota Paris. Kekerasan sebagian besar dipicu remaja-remaja yang tinggal di proyek-proyek perumahan pinggir kota melawan negara.
Sebagian besar remaja itu merupakan anak-anak imigran yang kerap mengalami diskriminasi. Kekerasan mulai surut beberapa malam terakhir.
Namun surat kabar La Marseillaise melaporkan seorang pria berusia 27 tahun tewas di Marseille. Kantor kejaksaan setempat membuka penyelidikan atas "pukulan mematikan menggunakan atau ancaman dengan senjata."
Kematiannya diduga disebabkan "guncangan keras pada tenggorokan oleh proyektil jenis 'flashball'," jenis senjata yang biasanya digunakan polisi Prancis dalam mengendalikan huru-hara.
Mengutip kantor kejaksaan, La Marseillaise mengatakan belum jelas apakah korban yang belum diidentifikasi, berada di daerah sekitar kerusuhan dan penjarahan di malam kematiannya.
Sementara itu dalam cicitannya Messiha memuji apa yang ia sebut "kemurahan hati nasional bersejarah" saat mengumumkan penutupan penggalangan dana untuk keluarga polisi pembunuh Nahel pada Selasa malam. Polisi itu hanya diidentifikasi sebagai Florian M.
Ia mengatakan lebih dari 100 ribu pendonor berkontribusi dalam penggalangan dana yang ia inisiasi pada Jumat (30/6/2023). Ia menyamakan respon pada penggalangan dana itu sebagai "tsunami" dukungan pada penegak hukum "yang dengan cara tertentu berjuang agar Prancis tetap Prancis."
Messiha sempat membanggakan penggalangan dananya mendapatkan lebih banyak uang dari penggalangan dana untuk keluarga Nahel. France-Info melaporkan keluarga Nahel mengajukan tuntutan karena penggalangan dana Messiha berdasarkan penghasutan untuk "mengkriminalisasi" korban dan menarik dukungan pada polisi yang menembak korban.
Belum diketahui apakah pihak berwenang akan membuka penyelidikan. Anggota parlemen Prancis Arthur Delaporte mengajukan gugatan terhadap penggalangan dana Messiha tidak lama sebelum ditutup.
Messiha yang lahir di Mesir mantan pejabat Partai National Rally yang dipimpin politisi sayap kanan Marine Le Pen. Ia kemudian keluar untuk masuk ke partai sayap kanan lain tapi kemudian ia kembali ke lembaga think-tanknya. Ia tetap kritikus keras imigran dari Afrika.