REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH - Raksasa minyak Saudi Aramco, Senin mengatakan, pihaknya telah memperbaiki jaringan internal utamanya setelah serangan "cyber" hampir dua minggu lalu yang gagal berdampak pada produksi minyaknya.
Perusahaan "memperbaiki semua layanan jaringan internal utamanya yang berdampak pada 15 Agustus 2012 oleh sebuah virus berbahaya yang berasal dari sumber eksternal," kata sebuah pernyataan di situsnya.
Perusahaan minyak terbesar di dunia itu mengatakan, serangan itu mempengaruhi sekitar 30.000 workstation, tetapi mereka telah dibersihkan dan diperbaiki untuk layanan, sementara akses internet jarak jauh ke sumber daya online dibatasi "sebagai tindakan pencegahan."
Kelompok perusahaan milik negara yang menjalankan produksi minyak seluruh Arab Saudi itu, mengatakan bahwa "eksplorasi hidrokarbon dan produksi tidak terpengaruh karena mereka beroperasi pada sistem jaringan terisolasi." Dikatakan produksi pabrik juga tetap "beroperasi penuh" berkatsistem kontrol yang terisolasi.
Presiden dan CEO Saudi Aramco Khalid al-Falih mengatakan "ini bukan yang pertama atau juga tidak akan menjadi upaya terakhir yang ilegal untuk menyusup ke sistem kami," berjanji untuk lebih memperkuat terhadap kemungkinan serangan cyber di masa depan.
Arab Saudi pada Maret menjadi produsen minyak terbesar di dunia setelah meningkatkan produksinya menjadi 9,923 juta barel per hari, melampaui produksi Rusia sebanyak 9,920 juta barel per hari.