REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Arab Saudi dilaporkan telah menghentikan pinjaman dan pasokan minyaknya ke Pakistan. Hal itu dilakukan setelah Islamabad mengkritik Riyadh karena tak kunjung menggelar pertemuan menteri luar negeri Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk membahas isu Kashmir.
Dilaporkan laman Middle East Monitor pada Senin (10/8), pekan lalu Pakistan telah dipaksa untuk membayar kembali dana sebesar satu miliar dolar AS yang dipinjamnya dari Saudi. Pinjaman tersebut merupakan bagian dari paket 6,2 miliar dolar AS yang diumumkan Saudi pada November 2018. Paket itu mencakup total pinjaman sebesar tiga miliar dolar AS dan fasilitas kredit minyak sebesar 3,2 miliar dolar AS.
Kesepakatan itu kemudian ditandatangani ketika Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) melakukan kunjungan ke Pakistan pada Februari tahun lalu.
Namun hubungan Saudi dan Pakistan memanas sejak Riyadh menolak permintaan Islamabad untuk mengadakan pertemuan Dewan Menteri Luar Negeri OKI guna membahas isu Kashmir. Pakistan telah mendorong OKI mengadakan pertemuan sejak India mencabut status khusus Kashmir pada Agustus tahun lalu
"Sekali lagi saya dengan hormat menyampaikan kepada OKI bahwa pertemuan Dewan Menteri Luar Negeri adalah harapan kami. Jika Anda (Saudi) tidak dapat mengadakannya, maka saya akan dipaksa untuk meminta Perdana Menteri Imran Khan untuk mengadakan pertemuan negara-negara Islam yang siap untuk berdiri bersama kami dalam masalah Kashmir dan mendukung orang-orang Kashmir yang tertindas," kata Qureshi dikutip laman Dawn pada Kamis (6/8).
Dia menyebut Pakistan tak bisa menunggu lebih lama lagi. Oleh sebab itu jika OKI gagal menyelenggarakan pertemuan Dewan Menteri Luar Negeri untuk membahas isu Kashmir, Pakistan siap menginisiasi sendiri kegiatan demikian.
Qureshi mengatakan Pakistan melewatkan Kuala Lumpur Summit yang digelar Malaysia pada Desember tahun lalu atas permintaan Saudi. Sekarang Muslim Pakistan menuntut Riyadh untuk menunjukkan kepemimpinan dalam masalah ini. “Kami memiliki kepekaan kami sendiri. Anda harus menyadari ini. Negara-negara Teluk harus memahami ini," ujarnya.
Qureshi menjelaskan bahwa dia tidak emosional dan sepenuhnya memahami implikasi dari pernyataannya. "Itu benar, saya mengambil posisi terlepas dari hubungan baik kami dengan Arab Saudi. Kami tidak bisa tinggal diam lagi atas penderitaan warga Kashmir," ucapnya.