Ahad 09 Sep 2012 21:48 WIB

APEC Sepakati 54 Produk Ramah Lingkungan

SBY sedang menyampaikan pidato di depan para chief executive officer dal am APEC CEO Summit di Vladivostok, Rusia, Sabtu (8/9). SBY menjadi salah satu pembicara utama dalam pertemuan para pengusaha yang masih merupakan rangkaian dari KTT APEC.
Foto: Nasihin Masha/Republika
SBY sedang menyampaikan pidato di depan para chief executive officer dal am APEC CEO Summit di Vladivostok, Rusia, Sabtu (8/9). SBY menjadi salah satu pembicara utama dalam pertemuan para pengusaha yang masih merupakan rangkaian dari KTT APEC.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Nasihin Masha/ Laporan dari Vladivostok, Rusia

VLADIVOSTOK – Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa para pemimpin ekonomi anggota APEC menyepakati 54 produk ramah lingkungan. “Produk-produk itu mendapat pengurangan tarif sebesar lima persen pada 2015,” katanya, Ahad (9/9), dalam sebuah jumpa pers.

Sejumlah 21 pemimpin ekonomi dari kawasan Asia Pasifik mengadakan konferensi tingkat tinggi (KTT) selama dua hari, 8-9 September, di Pulau Russky, Vladivostok, Rusia. KTT ini membahas empat topik. Pertama, liberalisasi perdagangan dan investasi serta integrasi ekonomi kawasa. Kedua, memperkuat ketahanan pangan. Ketiga, membangun rantai pasokan yang andal.

Keempat, kerja sama intensif untuk memelihara pertumbuhan yang inovatif. Selain melahirkan deklarasi, KTT ini juga melahirkan lima lampiran. Pertama, soal pertumbuhan yang inovatif. Kedua, penguatan keamanan energi. Ketiga, daftar barang yang ramah lingkungan. Keempat, mempromosikan kerja sama pendidikan lintas batas. Keempat, memerangi korupsi dan menjamin transparansi.

Lahirnya 54 produk ramah lingkungan itu merupakan prakarsa Amerika Serikat yang didukung Rusia dan Jepang. Semula mereka mengusulkan ada 340 produk, lalu turun menjadi 97 produk, turun lagi menjadi 75, 60, dan akhirnya 54 produk. Indonesia sebenarnya hanya menyetujui 20 produk saja, salah satu di antaranya adalah kelapa sawit. Cina pun memperjuangkan bambu.

Namun akhirnya hanya bambu yang bisa masuk. Selebihnya adalah barang-barang industri dari negara-negara maju. Menanggapi hal ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan berjuang agar kelapa sawit bisa diterima sebagai produk yang ramah lingkungan.

Presiden mengatakan, saat ini ada gerakan seolah kelapa sawit tak ramah lingkungan. “Ada yang alasannya saintifik, tapi ada juga yang hanya masalah persaingan dagang. Kita akan lakukan diplomasi apapun. Bagi Indonesia, kelapa sawit adalah ramah lingkungan,” katanya. Selain itu, katanya, pelaksanaan pengurangan tarif itu baru berlaku pada tahun 2015.

Untuk itu ia berharap pengakuan kelapa sawit sebagai ramah lingkungan bisa lebih cepat dari itu. “Kita juga akan menerapkan asas resiprokalitas. Kita akan kerja keras untuk mengegolkan bahwa kelapa sawit tak boleh ada hambatan apapun,” tuturnya.

Dalam deklarasinya, para pemimpin APEC menyatakan bahwa daftar 54 produk itu merupakan bagian dari sumbangan mereka terhadap “pertumbuhan hijau” dan keberlanjutan tujuan pembangunan. Dengan mengurangi tarif barang-barang ramah lingkungan, mereka membantu bisnis dan masyarakat terhadap akses teknologi ramah lingkungan.

“Kami sepakat bahwa mempromosikan pertumbuhan hijau (green growth) bukan digunakan sebagai alat untuk tujuan proteksionis,” demikian bunyi deklarasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement