REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Presiden Mesir Mohamed Moursi terus menggalang dukungan negara-negara Lembah Nil untuk pemanfaatan air Sungai Nil secara adil.
Dalam kunjungan sehari ke Uganda pada Selasa (9/10), Kepala Negara Mesir itu melakukan pertemuan secara terpisah dengan sejumlah pemimpin dari negara-negara Afrika yang tergabung dalam inisiatif Komisi Lembah Sungai Nil (Nile River Basin Commission) untuk pemanfaatan air Nil secara adil.
"Pembicaraan tersebut berfokus pada kerja sama bilateral terutama untuk mencari titik temu mengenai sengketa air sungai Nil," kata Juru Bicara Presiden Mesir, Yasser Ali.
Disebutkan, Selain pertemuan puncak dengan Presiden Uganda Yoweri Museveni, Presiden Moursi juga bertemu Presiden Tanzania Jakaya Kikwete, Presiden Rwanda Paul Kagame, Presiden Sudan Selatan Salva Kiir, dan Presien Kongo Joseph Kabila.
Inisiatif Komis Lembah Nil beranggotakan 10 negara Afrika, yaitu Mesir, Sudan, Ethiopia, Uganda, Kenya, Tanzania, Burundi, Rwanda, Republik Demokratik Kongo, dan Eritrea.
Komisi tersebut sejauh ini dilaporkan belum mencapai kata sepakat mengenai pemanfaatan air Nil secara adil. Mesir, misalnya, menentang keras proyek pembangunan bendungan Ethiopia di dekat perbatasan dengan Sudan Selatan.
Kairo menduga kuat bahwa bendungan yang bersumber dari air Nil itu akan berdampak pada penyusutan aliran air ke Mesir, yang pada gilirannya mengancam ekonomi di negara piramida itu.
Menteri Urusan Sumber Daya Air dan Irigasi Mesir Mohamed Bahaa El Din sebelunya membantah tuduhan Ethiopia bahwa Mesir mengekspor air dari Sungai Nil ke Israel.
Bantahan itu disampaikan sebagai tanggapan atas pernyataan Duta Besar Ethiopia untuk Sudan Ebadi Zieman yang menuduh Mesir mengekspor air Nil ke Israel sehingga menimbulkan kekurangan air di negara Piramida itu.