REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Jutaan warga Iran diintai kematian, menyusul sanksi Uni Eropa dan Amerika Serikat kepada Negeri Para Mullah tersebut. Pasalnya, sanksi tersebut membuat transaksi impor obat-obatan sulit, sehingga harga obat di Iran melambung.
Lebih dari enam juta nyawa pasien terancam. Kepala Yayasan amal Iran, Fatemeh Hasemi mengatakan sanksi yang diterima Iran telah menyebabkan masalah besar bagi pasien yang menderita penyakit tertentu. Pihaknya mengaku kesulitan mendapatkan obat-obatan, seperti hemofilia (pembekuan darah), talasemia (anemia faktor genetik).
"Kami kekurangan persedian terutama obat untuk kanker dan dan Multiple sclerosis (MS / penyakit yang menyerang sistem saraf pusat). Kami juga kesulitan menangani Pasien Talasemia dan dialisis (prosedur penanganan pasien penderita penyakit ginjal)," ujar Hasemi seperti dilansir Tabnak.
Semua masalah tersebut, kata Hasemi, bermula sejak adanya sanksi terhadap sektor perbankan Iran. Sanksi tersebut menurut Hasemi, membuat pihaknya kesulitan mentransfer mata uang asing.
"Sanksi telah menargetkan banyak orang. Padahal saat ini terdapat enam juta pasien yang menderita penyakit khusus. Dalam kasus seperti ini, kami akan mengalami dampak serius baik ekonomi maupun non-ekonomi," tuturnya.