Jumat 19 Oct 2012 17:33 WIB

Cek Fakta, Barack Obama vs Mitt Romney

 Kandidat Presiden dari Partai Republik Mitt Romney dan Presiden AS Barack Obama saat debat calon presiden AS putaran kedua di Hempstead, New York, Rabu (17/10).
Foto: Mike Segar/Reuters
Kandidat Presiden dari Partai Republik Mitt Romney dan Presiden AS Barack Obama saat debat calon presiden AS putaran kedua di Hempstead, New York, Rabu (17/10).

REPUBLIKA.CO.ID,Pemilu presiden Amerika Serikat akan digelar 6 November mendatang. Berikut ini adalah perbandingan kebijakan dan posisi dua kandidat  dari Partai Demokrat dan Republik, Barack Obama dan Mitt Romney.

Dalam beberapa kasus, posisi politik dan halauan kebijakan sangat mencerminkan ideologi khas liberal dan konservatif di AS.

Romney comparison chart" cellspacing="1" summary="Barack Obama versus Mitt Romney comparison chart">
Partai

Demokrat        

Republik/GOP   

Nama

Barack Hussein Obama

Williard Mitt Romney

Alma Mater: Occidental College, Columbia University (BA), Harvard Law School (JD) Stanford University, Brigham Young University (BA), Harvard University (MBA, JD)
Tempat/Tgl Lahir

Honolulu, Hawai, 4 Agustus 1961    

Detroit Michigan, 12 Maret 1947
Anak Malia Ann (4 Juli 1998) Natasha/Sasha (10 Juni 2001) Tagg (b. 1970), Matt (b. 1971), Josh (b. 1975), Ben (b. 1978), Craig (b. 1981)     
Pasangan: Michelle Obama 

Ann Romney

 Agama             

Kristen (United Church of     Christ)                    

Kristen (The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints a.k.a. Mormon)

Partner Kandidat

Joseph 'Joe' Biden

Paul Ryan

Posisi Kebijakan Ekonomi:

Obama :Menghapus potongan pajak versi Bush (yang diberlakukan kepada rumah tangga dengan pendapatan lebih dari 250 ribu dolar per tahun). Pajak lebih rendah untuk industri manufaktur. Stimulus belanja dan potongan pajak untuk menumbuhkan ekonomi (jangka pendek). Penghematan anggaran dan penaikkan pajak terhadap orang kaya untuk menekan defisit (jangka pajang

Romney : Menerapkan kebijakan pajak ala Bush secara permanen. Penerapan suku pajak korporat lebih rendah hingga 25 persen. Memotong pajak dan kebijakan untuk mendorong bisnis. Memotong anggaran belanja pemerintan sektor nonkeamanan hingga 5 persen untuk menekan defisit.

Posisi Kebijakan Kesehatan

Obama: Meneken UU baru kesehatan. Menyerukan perlindungan terhadap pasien seperti cakupan asuransi untuk kondisi yang sudah ada sebelumnya pada pasien. Melarang pemberi asuransi mengubah kebijakan ketika pasien sakit dan meminta setiap individu membeli asuransi kesehatan atau dijatuhi denda. Kewajiban asuransi ini didukung dana jaminan pemerintah, sehingga orang miskin pun memiliki asuransi kesehatan.

Romney: Pernah menciptakan aturan serupa saat menjabat Gubernur Massachuset, namun meyakini aturan itu tak tepat untuk semua warga AS dan berencana membatalkan keputusan serupa yang pernah ia buat. Mendorong setiap  individu untuk membeli asuransi kesehatannya sendiri alih-alih via perusahaan dan membolehkan asuransi lintas negara bagian.

Posisi terhadap Imigrasi

Obama: Mendukung jalan legalisasi untuk imigran ilegal termasuk mewajibkan menguasai Bahasa Inggris dan membayar denda. Memperberat denda bagi warga AS yang mempekerjakan imigran ilegal. Menyetujui pendirian pagar sepanjang perbatasan Meksiko. Mengeluarkan perintah eksekutif untuk tidak mendeportasi imigran tertentu yang tak memiliki dokumen sah.

Romney: Menjadikan Inggris sebagai satu-satunya bahasa resmi di AS dan mematikan semua magnet yang menarik orang untuk memasuki negara secara ilegal, seperti keringanan hingga penghapusan biaya pendidikan di perguruan tinggi.

Posisi terhadap kebijakan perumahan dan kredit properti

Obama: Menurut kutipan yang dimuat situs On The Issue, Obama menyerukan penuntutan terhadap penipuan kredit perumahan dan meminta penutupan kredit properti sepenuhnya.

Romney: Dalam siitus yang sama pada 2010 Romney memilih membiarkan penyitaan oleh bank atas properti warga yang tak mampu membayar kredit  dan membiarkan pasar memulihkan diri kembali dengan sendirinya.

Posisi terhadap Irak

Obama: Menentang segala bentuk invasi sejak awal, menentang penambahan pasukan, merencanakan untuk mengakhiri operasi militer di Irak lebih cepat dari kerangka waktu yang ditetapkan Bush. Tak ada hasil nyata untuk memenuhi janji saat pertama menjabat presiden yakni menarik seluruh tentara pada 2009. Tentara kini dipindahkan ke perbatasan Afghanistan dan Iran.

Romney: Menyatakan bahwa tetap menempatkan pasukan AS di Irak adalah opsi terbaik untuk menimalkan korban dan memelihara demokrasi pemerintahan di Irak

Posisi Terhadap Iran

Obama: Terlibat dalam diplomat langsung, memperberat sanksi ekonomi dengan kerjasama internasional. Ada peluang menggunakan langkah militer hanya jika Iran terbukti membuat bom. Tak berhasil memenuhi janji kampanye pada 2008 untuk bertemu dengan presiden Iran tanpa prasyarat.

Romney: Langkah militer terbuka. Serangan bisa dilakukan meski bila Iran dalam status 'mendekati' peluang memiliki senjata--status yang dianggap Romney telah dimiliki Iran.

Posisi Terhadap Suriah.

Obama: Menentang upaya mempersenjatai pasukan pemberontak Suriah dan berulang kali menolak proposal agar AS membantu menciptakan zona aman untuk warga sipil.

Romney menyuarakan dukungan untuk mempersenjatai oposisi Suriah.

Posisi Terhadap Konflik Israel-Palestina

Obama: Mendukung solusi dua negara dengan kemerdekaan untuk Palestina.

Romney: Tidak mengindikasikan negara Palestina sebagai salah satu prioritas utama dalam pemerintahannya. Ia juga mengekspresikan pesimise, seperti dilansir oleh Salon.com pada 18 September lalu,  bahwa tak akan ada perdamaian di kawasan itu dengan menyebut kemungkinan dua negara sesuatu 'tak terpikirkan'

Posisi praktik penahanan tanpa kepastian

Obama: Menyatakan menentang di depan publik, namun debat di Kongresional terungkap bahwa pemerintahannya tak bisa menghindari tekanan parlemen dan akhirnya mendesak mengecualikan warga AS dari uu tersebut.

Romney: Memastikan akan menandatangani penahanan tanpa batas waktu seperti tertuang dalam UU Otorisasi Pertahanan Nasional (NDAA) seperti apa adanya undang-undang tersebut, termasuk penahanan terhadap warga negara AS sendiri.

Posisi terhadap Intervensi Militer

Obama: Mengumumkan menentang perang dan campur tangan namun baru-baru ini mengakui memperluas perang Afghanistan ke Pakistan. Menyatakan persetujuan Kongres tak dibutuhkan lagi jika PBB memberikan persetujuan.

Romney: Menyatakan akan berkonsultasi dengan pakar dan penasihat mengenai legalitas serangan militer namun pada intinya meyakini presiden memiliki hak untuk memutuskan apa pun yang ia yakini demi membuat negara lebih aman.

Posisi terhadap Gay

Obama: Mendukung pernikahan sesama jenis, mendesak Kongres mencabut aturan 'Dont Ask Don Tell' (DADT, kebijakan resmi militer AS berupa aturan untuk tidak mendiskriminasi personel militer AS biseksual dan homoseksual selama tidak mengungkapkan statusnya dan di saat bersamaan melarang warga negara yang terbuka menyatakan diri gay, untuk masuk militer.)

Romney: Menentang pernikahan sesama jenis, mendukung DADT namun berpihak kepada kaum gay yang menyatakan statusnya untuk terlibat dalam militer. Mendukung ENDA yang melarang diskriminasi perusahaan /pemberi kerja anti-gay.

Posisi terhadap aborsi.

Obama: Mengkiritik keputusan Mahkamah Konsitusi yang memutuskan larangan terhadap aborsi sebagian.

Romney: Menentang hak aborsi dan meyakini negara sudah seharusnya dibolehkan melarang aborsi. Pada 1994 mendukung hak aborsi meski secara pribadi menentang. Menyatakan tak perlu ada hukuman bagi wanita yang melakukan aborsi sebagian. Berubah pikiran pada 2005 ketika bersiap mencalonkan diri untuk presiden.

Buku

Dreams from My Father: A story of Race and Inheritance

The Audacity of Hope: Thoughts of Reclaiming the American Dream.

 

No Apology: The Case for American Greatness

Turnaround: Crisis, Leadership, and the Olympic Games

sumber : Diolah dari Berbagai Sumber
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement