Jumat 02 Nov 2012 09:44 WIB

3 Pimpinan Negara: Generasi Muda Bisa Entaskan Kemiskinan Dunia

Rep: Esthi Maharani/ Red: Dewi Mardiani
PM Inggris David Cameron (kiri) dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kanan) bersama Presiden Liberia Ellen Johnson-Sirleaf  saat konferensi pers di Kantor PM Inggris.
Foto: AP/Jason DeCrow
PM Inggris David Cameron (kiri) dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kanan) bersama Presiden Liberia Ellen Johnson-Sirleaf saat konferensi pers di Kantor PM Inggris.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON –- Para co-chair High Level Panel yang terdiri dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Perdana Menteri Inggris, David Cameron, dan Presiden Liberia Ellen Johnson Sirleaf kembali bertemu. Pertemuan itu dilakukan di kantor PM Inggris di 10 Downing Street, London, Inggris pada Kamis malam (1/11).

Dalam pertemuan itu, ketiga pimpinan negara menekankan pentingnya tiga hal untuk bisa mencapai tujuan mengentaskan kemiskinan global, yakni masyarakat sipil, sektor swasta, dan generasi muda. Dalam konferensi pers yang digelar di kantor PM Inggris, disebutkan generasi saat ini memiliki kesempatan untuk bisa mengentaskan kemiskinan.

“Tujuan utamanya adalah menyelesaikan tugas untuk mengentaskan kemiskinan global. Kami punya kesempatan untuk menjadi generasi yang ikut mengentaskan kemiskinan yang terjadi saat ini,” kata David Cameron usai pertemuan.

Menurutnya, pertemuan yang terjadi difokuskan pada kemiskinan rumah tangga dan bagaimana mengatasinya. Ia juga menyinggung pentingnya hak-hak perempuan, kebebasan pers, penegakan hukum, masyarakat terbuka dan ekonomi terbuka.

Hal-hal tersebut dinilainya bisa menjadi benang merah untuk pembangunan yang pada akhirnya berujung pada kesejahteraan masyarakat. Ia juga mengingatkan meski ada tiga orang pimpinan negara yang merumuskan pengganti MDG’s, tetapi bukan berarti tanggung jawab persoalan dunia diserahkan begitu saja.

Cameron menyakini setiap negara memiliki tanggung jawab untuk melakukan perubahan. “Kita semua memiliki tanggung jawab. Semua punya tugas yang sama," katanya.

Presiden Susilo Bambang Yudhyono mengingatkan, kondisi yang terjadi saat ini adalah adanya ketimpangan yang kaya dan yang miskin. Artinya, pemerataan ekonomi tidak terjadi. “Kita perlu memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi akan dibagi sama rata,” katanya.

Presiden SBY meyakini, harus terdapat suatu keseimbangan yang optimal antara pertumbuhan ekonomi, keadilan sosial, dan lingkungan yang berkelanjutan. Tantangan yang menanti adalah adanya kesenjangan orang-orang berada dan orang yang tidak punya.

Sementara itu, Presiden Ellen Johnson Sirleaf mengingatkan arti penting penunjukan dirinya menjadi salah satu co-chair High Level Panel akan berdampak pada pandangan dunia terhadap Afrika. “Dunia perlu tahu apa yang kita butuhkan dan apa yang kita inginkan serta apa yang terjadi di Afrika,” katanya.

Dengan kondisi di citra Afrika selama ini, ia menekankan pentingnya perdamaian dan keamanan untuk mengurangi kerapuhan dan kerentanan sebuah negara. "Ini kesempatan yang baik untuk memperlebar kue ekonomi global sehingga Afrika bisa menikmati manfaat dari itu. Apapun yang dilakukan akan berpengaruh ke negara lain,” katanya.

Pertemuan itu merupakan kali kedua setelah para co-chair itu ditunjuk oleh Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-Moon untuk merumuskan dan mengganti Millenium Development Goals (MDG’s) yang akan berakhir pada 2015. Pertemuan pertama telah dilakukan di Markas Besar PBB di New York beberapa bulan sebelumnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement