Senin 28 Jan 2013 09:32 WIB

Ariel Sharon Ada Peluang Sembuh

Rep: Nur Aini/ Red: Mansyur Faqih
Mantan Perdana Menteri Israel Ariel Sharon menggunakan binokular yang masih tertutup ketika mengunjungi kamp militer Adam dekat Tel Aviv, 7 Januari 2002.
Foto: Reuters
Mantan Perdana Menteri Israel Ariel Sharon menggunakan binokular yang masih tertutup ketika mengunjungi kamp militer Adam dekat Tel Aviv, 7 Januari 2002.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Setelah tujuh tahun dalam kondisi koma, kondisi Mantan Perdana Menteri Israel, Ariel Sharon mulai membaik. Dokter menyatakan ada aktivitas otak yang signifikan. 

Tim dokter dan ilmuwan Israel serta Amerika melakukan tes baru yang direspon Sharon. Aktivitas otak meningkat ketika dia melihat foto keluarga dan mendengarkan rekaman suara anaknya. 

Pria berusia 84 tahun itu berada dalam kondisi koma sejak 2006 karena stroke. Sejak itu, dia selalu memakai alat bantu pernapasan. 

Dokter di Rumah Sakit Soroka, Beersheba mengatakan perkembangan aktivitas otak yang signifikan ditunjukkan selama tes. Hal itu mengindikasikan adanya perkembangan yang sesuai dengan stimulasi otak. Meskipun respon tersebut tidak menunjukkan keingintahuan Sharon, namun dokter mengatakan ada peluang.

"Dia mungkin mendengar, informasi penting masuk ke otak dan diproses," ujar direktur neurologi di Soroka Medical Centre Israel, seperti dikutip BBC, Senin (27/1).

Sharon berkarier di militer sebelum masuk politik. Dia terpilih sebagai perdana menteri pada 2001 hingga terkena stroke pada 2006. Pada 2005, dia menarik pasukan Israel dari Gaza.

Sharon mendorong perluasan pemukiman di wilayah Palestina yang diduduki. Dia juga yang mengusulkan pembangunan tembok pemisah di Tepi Barat. Namun di akhir kariernya, dia memerintahkan warga Yahudi meninggalkan Gaza serta empat pemukiman di Tepi Barat. 

Selama menjadi menteri pertahanan, Sharon memerintahkan invasi Israel ke Lebanon pada 1982. Selama invasi itu, oposisi Kristen Lebanon beraliansi. Invasi tersebut menewaskan ratusan warga Palestina di dua kamp pengungsi yang dikendalikan Israel. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement