REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG -- Seekor Singa Afrika bernama '1R' berdiri dengan gagahnya meski terkekang di balik pagar listrik setinggi 2,4 meter dipinggiran perbatasan hutan Groot Marico, sekitar 2,5 jam dari Johannesburg. Selama setengah tahun, dia mengonsumsi lima kilogram (kg) daging per hari dan beratnya hampir 200 kg.
Ini adalah hari pertamanya meninggalkan kandang yang sudah memenjarakannya enam bulan terakhir. Sayangnya, 1R keluar dari kandangnya bukan untuk dilepaskan ke alam liar, melainkan dibunuh dan diambil kepala serta tulangnya oleh Koos Hermanus, seorang peternak singa yang memiliki 14 ekor singa di kandangnya.
Ketatnya pengawasan perburuan ilegal harimau di Asia membuat sebagian peternak dan pemburu kucing besar mengalihkan objeknya ke Singa Afrika. Hermanus misalnya, dia menjual seekor Singa Afrika seharga 10 ribu dolar AS. Biasanya, pembeli menginginkan kepala Sang Raja Hutan sebagai simbol kegagahan.
Namun, Hermanus bisa meningkatkan pendapatannya dengan menjual tulang belulang singa ke penampung Cina yang berbasis di Durban seharga 165 dolar AS per kg dan dia mengumpulkan setidaknya lima ribu dolar AS dari itu.
"Jika anda mendepositokan uang di bank, anda hanya akan mendapatkan delapan persen bunga. Tetapi dengan berbisnis tulang Singa Afrika, anda bisa mendapatkan 30 persen keuntungan," ujar Hermanus, dilansir dari the Guardian, Sabtu (20/4). Setidaknya ada 200 peternak singa yang beroperasi legal di Afrika Selatan.
Sepanjang 2012, lebih dari 600 ekor Singa Afrika dibantai untuk diambil kepalanya. Seorang pejabat mengatakan, izin ekspor Singa Afrika dalam tiga bulan pertama tahun ini sudah setara dengan jumlah ekspor selama setahun penuh pada 2012.