Kamis 30 May 2013 18:34 WIB

Petinggi Taliban Tewas Akibat Serangan 'Drone'

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Citra Listya Rini
Drone, pesawat tak berawak
Foto: guardian
Drone, pesawat tak berawak

REPUBLIKA.CO.ID, WAZIRISTAN -- Serangan sebuah pesawat tanpa awak drone milik Amerika Serikat (AS) di wilayah utara Waziristan telah menewaskan orang nomor dua di Taliban, Wali ur Rehman. 

Rehman, yang kepalanya dihargai lima juta dolar AS, dilaporkan tewas bersama lima orang lainnya saat dua roket AS diluncurkan ke atas sebuah rumah, Rabu (29/5) dinihari WIB.

Sumber pihak militan dan intelejen mengatakan Rehman tewas dalam serangan di desa Chashma dekat Miranshah, kota utama di Utara Waziristan. Dua sumber itu mengatakan infroman mereka di lapangan melihat jenazah Rehman. 

Sementara sumber intelejen lainnya mengabarkan otoritas intelejen setempat telah menyadap komunikasi di antara para militan yang mengatakan Rehman telah tewas.

Juru Bicara Taliban Pakistan, menyangkal laporan itu. ''Berita itu hanya bohong belaka. Saya tak menerima infromasi apapun tentang hal itu,'' kata Ahsanullah Ahsan.

Taliban Pakistan adalah badan terpisah namun masih berkerabat dengan Taliban Afghanistan. Kelompok ini dikenal sebagai Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP). Mereka telah melakukan serangan berulang melawan militer Pakistan dan warga sipil.

Petinggi Keamanan mengatakan beberapa pemberontak TTP  juga tewas, termasuk dua orang komandan tingkat lokal. Tidak ada laporan yang menyebutkan korban dari warga sipil.

Rehman adalah tokoh penting TTP sejak ia mulai mengkomandoi organisasi itu pada 2007. Ia adalah komandan ke dua dalam hierarki nasional dibalik Hakimullah Mehsud, yang juga memimpin kelompok itu di selatan Waziristan.

Pihak AS tak mau dikonfirmasi terkait tewasnya Rehman. ''Bukan kapasitas kami untuk mengkonfirmasi laporan tewasnya Wali ur-Rehman,'' kata Juru Bicara Gedung Putih, Jay Carney. 

Serangan Rabu lalu merupakan serangan drone pertama sejak pemilihan umum Pakistan 11 Mei yang memenangkan Nawaz Sharif dari Liga Muslim Pakistan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement