REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Muslim minoritas di kawasan ASEAN lebih baik memperjuangkan hak otonomi ketimbang merdeka. Opsi otonomi dinilai lebih realistis.
Hal itu diungkap Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak dalam simposium bertajuk Islam dan Era Baru Negara ASEAN, belum lama ini.
"Mereka harus melupakan gagasan menjadi negara Islam merdeka karena itu tidak realistis. Yang benar otonomi bukan kemerdekaan," kata dia seperti dikutip The Star, Rabu (5/6).
Menurut Najib, komunitas Muslim seperti di Filipina, Thailand dan Myanmar harus mengakui tanggung jawab mereka kepada pemerintah masing-masing dan berkontribusi terhadap negara masing-masing.
Namun, kata dia, kesetiaan itu perlu dibarengi dengan pemberian otonomi dan perlindungan yang berkaitan dengan agama, identitas lingusitik dan budaya. Ini dimaksudkan guna meningkatkan sosial-ekonomi minoritas Muslim.
"Malaysia mengambil sikap untuk terus mendorong resolusi damai pada setiap wilayah konflik yang terdapat populasi Muslim," kata dia.