Senin 23 Oct 2023 10:59 WIB

PM Malaysia: Ada Risiko Dukung Palestina, Tapi Saya tak Punya Pilihan

Pekan lalu Anwar Ibrahim berbicara via telepon dengan Kepala Biro Politik Hamas.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim telah melakukan percakapan telepon dengan Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh pekan lalu.
Foto: EPA-EFE/JUSTIN LANE
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim telah melakukan percakapan telepon dengan Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh pekan lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR – Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, mengaku memahami terdapat banyak risiko ketika dia dan negaranya secara lantang menyuarakan dukungan untuk perjuangan Palestina. Namun, Anwar memilih tak menghiraukan hal tersebut dan akan terus mengangkat penderitaan rakyat Palestina di panggung internasional.

“Ya, saya tahu ada banyak risiko (ketika menyuarakan dukungan pada Palestina). Saya tidak punya pilihan lain karena ada pembunuhan terhadap anak-anak dan perempuan,” kata Anwar, dilaporkan Malay Mail, Ahad (22/10/2023).

Baca Juga

Dia menambahkan, Israel perlu ditekan untuk menghentikan agresinya saat ini ke Jalur Gaza. “Jika dibiarkan, dampaknya akan buruk pada keamanan regional. Kita perlu melibatkan negara-negara lain,” ucapnya.

Anwar pun sempat ditanya apakah Malaysia akan mengadukan Israel ke Mahkamah Pidana Internasional (ICC) terkait tindakannya terhadap rakyat Palestina. “Kami tidak ingin sendirian. Saya yakin semua negara perlu bersatu mencari solusi bagi rakyat Palestina,” ujar Anwar merespons pertanyaan tersebut.

Anwar Ibrahim telah melakukan percakapan telepon dengan Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh pekan lalu. Pada kesempatan itu, Anwar menyampaikan dukungan tegas Malaysia terhadap Palestina.

“Saya melakukan percakapan telepon dengan Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh kemarin untuk menyatakan dukungan teguh Malaysia terhadap rakyat Palestina,” ungkap Anwar lewat akun X resminya, Selasa (17/10/2023).

Anwar menambahkan, mengingat situasi yang mengerikan di Jalur Gaza, dia sangat menganjurkan penghentian segera pemboman dan pembentukan koridor kemanusiaan di Rafah. “Penting juga bagi Israel untuk meninggalkan komitmen mereka terhadap politik perampasan, segera melakukan gencatan senjata dengan Hamas dan benar-benar mengupayakan resolusi damai untuk mengakhiri konflik yang sedang berlangsung,” ucapnya.

Dia menekankan, sangat penting memprioritaskan kesejahteraan dan keselamatan semua individu yang terkena dampak krisis akibat pertempuran Israel dengan Hamas. “Dalam semangat ini, kami berkomitmen untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan, khususnya dalam bentuk makanan dan obat-obatan untuk meringankan penderitaan mereka yang membutuhkan,” ujar Anwar.

Pada Senin (16/10/2023) pekan lalu, Anwar menyampaikan, Malaysia tidak akan tunduk pada tekanan Barat yang mendesak agar kecaman dilayangkan terhadap Hamas. Dia mengklaim, negara Barat dan Eropa telah berulang kali meminta Malaysia untuk mengecam Hamas.

“Saya katakan bahwa kami, secara kebijakan, memiliki hubungan dengan Hamas dari sebelumnya dan ini akan terus berlanjut. Oleh karena itu kami tidak setuju dengan sikap mereka yang menekan, karena Hamas juga menang di Gaza dengan bebas melalui pemilu dan warga Gaza memilih mereka untuk memimpin,” kata Anwar.

Pertempuran terbaru antara Israel dan Hamas pecah pada 7 Oktober 2023 lalu. Hingga berita ini ditulis, serangan Israel ke Jalur Gaza telah membunuh setidaknya 4.651 orang, termasuk di dalamnya 1.756 anak-anak. Menurut PBB, agresi Israel juga telah menyebabkan lebih dari 1 juta warga Gaza terlantar dan mengungsi. Sementara itu, serangan Hamas ke Israel setidaknya telah menewaskan 1.400 orang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement