REPUBLIKA.CO.ID, SAO PAULO -- Protes nasional di Brasil membawa petaka politik bagi Presiden Dilma Rousseff. Presiden perempuan pertama kali di negara itu mengalami resesi kepercayaan di tingkat akar rumput.
Rousseff dianggap tidak layak melanjutkan kepemimpinannya dan tidak akan menang dalam pemilihan presiden mendatang. Sebuah jajak pendapat terbaru yang dirilis surat kabar lokal, Folha de S Paulo menunjukkan tingkat popularitas presiden ke-36 itu terjun bebas.
Dalam tiga pekan kerusuhan hanya 27 persen responden masih percaya kepada Rousseff. Padahal, sebelum adanya protes, pemilih loyal politikus 65 tahun ini mencapai 57 persen. Jajak pendapat yang dimotori Lembaga Survei Datafolha tersebut mengatakan kondisi politik saat ini menjadi yang terparah dalam dua dekade terakhir.
''Pemilih menganggap pemerintahan saat ini buruk kalau tidak mau dikatakan mengerikan,'' tulis media setempat seperti dilansir the Guardian, Ahad (30/6). Datafolha mengutip 4.717 pemilih tetap untuk mengukur tingkat kepercayaan pemerintah saat ini. Jajak pendapat tersebut dilakukan selama dua hari sejak Kamis (27/6) lalu.
Al Jazeera melansir kesalahan dalam jajak pendapat hanya terpaut dua persen. Namun angka final menunjukkan signifikansi sebelum protes kebijakan terakbar dalam sejarah pemerintahan di Sao Paulo.
Lebih dari sejuta orang tumpah ke jalanan ibu kota mendesak Rousseff melakukan reformasi segala bidang di pemerintahan. Meruaknya skandal korupsi di pemerintahan dan lemahnya jaminan sosial membuat masyarakat di negeri Sepak Bola ini turun tangan.