Kamis 18 Jul 2013 08:52 WIB

Majalah Rolling Stone Diancam Boikot, Ada Apa?

Sampul majalah Rolling Stone yang menampilkan wajah pelaku bom Boston, Dzhokhar Tsarnaev.
Foto: telegraph.co.uk
Sampul majalah Rolling Stone yang menampilkan wajah pelaku bom Boston, Dzhokhar Tsarnaev.

REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Majalah Amerika serikat Rolling Stone, Rabu (17/7) waktu setempat mendapatkan ancaman pemboikotan setelah menampilkan foto tersangka pelaku bom Boston, Dzhokhar Tsarnaev. Hal tersebut memicu kecaman yang menganggap media itu "mengagungkan terorisme".

Sedikitnya dua jaringan toko sudah mengumumkan tidak akan menjual edisi paling baru majalah yang dikenal menampilkan wawancara bintang-bintang rock dan pesohor tersebut.

Gambar sampul itu, yang memperlihatkan wajah Tsarnaev (19) yang berjanggut, menatap sedih ke kamera, rambutnya yang coklat, keriting dan kusut menjuntai lembut ke arah mata, mirip dengan foto sampul Rolling Stone yang terkenal, wajah mendiang penyanyi Jim Morrison dari "The Doors" yang meninggal karena kanker pada 1971.

Artikel yang menyertai sampul itu berjudul "Pengebom" digambarkan oleh majalah itu sebagai laporan perjalanan waktu dan hidup Tsarnaev. Laporan sebanyak 12 halaman berdasarkan wawancara dengan puluhan sumber itu memancang betapa si anak tampan dan menarik dengan masa depan cerah itu bisa menjadi mengerikan.

Ribuan orang mengunjungi halaman facebook Rolling Stone pada Rabu. "Kita memberi tempat pria ini (Tsarnaev) sebagai wajah sampul?" tulis seseorang yang memakai nama Shawn Anthony. "Jangan menjadikannya sebagai martir," tambahnya.

"Aduh, lihat, Rolling Stone mengagungkan terorisme. Mengagumkan," tulis Adrianne Graham. "Saya tidak akan membeli majalah yang ini dan yang selanjutnya."

Rolling Stone pun membela tulisan itu. "Hati kami tertuju pada korban bom Boston Marathon, dan pikiran kami akan selalu bersama keluarga mereka," demikian pernyataan dari majalah itu.

"Kisah sampul ... seiring dengan tradisi jurnalistik dan komitmen Rolling Stone untuk meliput masalah penting di dunia termasuk masalah politik dan budaya saat ini," tambahnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement