Selasa 23 Jul 2013 09:43 WIB

Pencari Suaka akan Hadapi Reaksi tak Bersahabat di Papua Nugini

Red:
Pengungsi pencari suaka
Pengungsi pencari suaka

PORT MORESBY -- Warga Papua Nugini memperingatkan pemerintah Australia,bahwa mereka tak akan menerima pengungsi pencari suaka mau datang ke Australia.

Para politisi lokal  mengatakan, para pengungsi yang dimukimkan kembali oleh Australia ke Papua Nugini mungkin akan menghadapi reaksi tidak bersahabat dari penduduk lokal. Para politisi ini juga mempertanyakan bagaimana rencana ini akan dibiayai.

Perdana Menteri Australia Kevin Rudd mengatakan, kebijakan mengirim pencari suaka ke PNG memenuhi 'kewajiban hukum dan belas kasih' Australia.

Website Deplu Australia sendiri memperingatkan, siapapun yang pergi ke PNG sebaiknya berhati-hati, mengingat tingginya tingkat kejahatan serius seperti kekerasan dan perkosaan, tingginya angka HIV/AIDS, wabah kolera dan buruknya fasilitas kesehatan.

Mantan pemimpin oposisi PNG Dame Carol Kidu mengatakan, sudah terlalu banyak orang yang tergusur di negaranya. "Kami sendiri menghadapi banyak masalah. Dan bagi saya, rencana ini mungkin malah menambah masalah," jelasnya.

Gubernur Provinsi Oro, Gary Zuffa, mengatakan kepada ABC keputusan untuk memukimkan pengungsi di PNG mungkin dapat menimbulkan perpecahan.

"Kalau Australia yang membiayai program itu, maka ini akan menciptakan rasa iri dari penduduk lokal. Sebab para pengungsi itu pasti akan diberi uang untuk memulai bisnis baru, memulai hidup baru," tegas Gubernur Gary Zuffa.

Anggota parlemen Australia Andrew Wilkie juga mencela kebijakan pemerintah dan memperingatkan, PNG pun tidak dapat mengurus rakyatnya sendiri.

Sementara itu Menteri Imigrasi Australia Tony Burke menegaskan, para pencari suaka yang dikirim ke PNG mungkin akan berada di pusat detensi untuk waktu tidak tertentu, jika mereka terbukti bukan pengungsi sejati.

Tony Burke mengatakan ada tiga opsi, yaitu mereka tetap berada di pusat detensi, kedua mereka kembali ke negara asal dan ketiga mereka dimukimkan di negara lain dimana mereka memperoleh hak untuk menetap.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement