FIJI -- Serikat Buruh Gula dan Umum Fiji mengungkapkan 90 persen anggotanya memilih mogok tuntut kenaikan gaji dan keamanan.
Meskipun tawaran Perusahaan Gula Fiji menaikan upah hingga 5,3 persen kenaikan upah namun para pekerja menyerukan aksi mogok di tengah klaim intimidasi.
Serikat buruh mengklaim upah mereka terus menurun sebesar 40 persen secara riil selama tujuh tahun terakhir.
Sekjen Serikat Buruh Gula dan Umum Fiji, Felix Anthony kepada program Pasific Beat Radio Australia mengungkapkan perusahan gula Fiji telah mengintimidasi anggota menjelang pemungutan suara. “Manajemen Perusahaan menggelar pertemuan pekan lalu di semua pabrik sesaat sebelum pemungutan suara, mereka mengancam para pekerja agar tidak berpartisipasi dalam pemungutan suara, dan pemerintah akan diberitahu bagi mereka yang berpartisipasi, jelas berusaha untuk menghalangi pekerja untuk mengambil bagian pemungutan suar,” kata Anthony.
Aksi serikat buruh di Fiji mendapat dukungan dari gerakan buruh internasional. Presiden Australian Council of Trade Unions, Ged Kearney menyatakan mencegah buruh untuk memberikan suara buat mogok itu berlebihan. “Intimidasi ini keterlaluan dan kita akan berfikir dalam sejarah Fiji sebagai negara demokratis,” tegasnya.
Pemimpin serikat Felix Anthony mengatakan anggotanya juga prihatin akan keselamatan di pabrik, terutama mengingat kematian seorang pekerja dalam insiden baru-baru ini. Gula adalah industr vital bagi perekonomian Fiji, dan pemerintahan sementara Fiji menyatakan pabrik akan terus beropeasei kendati mogok berlangsung.
Radio Australia telah mendekati pemerintahan interim Fiji dan perusahaan gula di sana untuk meminta komentar, namun tak mendapat tanggapan.