REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Presiden Brasil Dilma Rousseff pada Selasa memutuskan untuk menunda kunjungan kenegaraannya ke Washington sehubungan dengan dugaan pengintaian dunia maya yang dilakukan terhadap negaranya.
Roussef mengumumkan keputusan tersebut setelah berdialog di telepon dengan Presiden AS Barack Obama pada Senin guna membahas sengketa pengintaian itu.
"Kedua presiden memutuskan untuk menunda kunjungan kenegaraan karena kunjungan tersebut seharusnya tidak dilakukan dalam kondisi adanya sebuah isu yang membuat Brazil tidak puas," tulis pernyataan Kantor Kepresidenan Brazil.
Pernyataan itu merefleksikan amarah Brazil terkait terungkapnya pengintaian Dinas Keamanan Nasional (NSA) AS terhadap komunikasi e-mail Rousseff dan raksasa energi milik pemerintah Petrobras.
Temuan itu didasari oleh dokumen yang diperoleh mantan kontraktor intelijen AS, Edward Snowden.Brasilia menyebut dugaan mata-mata itu sebagai hal yang tidak dapat diterima dan pihaknya meminta penjelasan dari Washington.
Di Washington, juru bicara Gedung Putih, Jay Carney, merespon penundaan kunjungan orang nomor satu di Brazil itu."Saya rasa hal tersebut dikarenakan hubungan kedua negara yang begitu penting dan memiliki berbagai aspek sehingga presiden sepakat untuk sebuah keputusan bersama yang menunda kunjungan itu," kata Carney.
Carney kemudian mengatakan bahwa kunjungan kenegaraan tersebut tidak seharusnya dibayangi oleh satu isu bilateral saja, terlepas dari seberapa penting isu tersebut.
Carney juga mengonfirmasi bahwa keputusan tentang kunjungan yang sedianya akan berlangsung pada 23 Oktober itu dibahas oleh Obama dan Roussef dalam pembicaran telepon pada Senin.
Sebelumnya Rousseff juga telah mengingatkan bahwa dirinya akan menempuh berbagai upaya untuk melindungi kepentingan negaranya.
Dalam sebuah pernyataan, Carney mengatakan Obama memahami apa yang menjadi perhatian Rousseff dan AS menyambut Presiden Brazil itu dalam kunjungan kenegaraan yang tanggalnya akan ditentukan dikemudian hari.
Carney menyebut undangan Obama terhadap Roussef sebagai refleksi pentingnya kemitraan global yang tumbuh antar negara dan hubungan yang erat antara rakyat AS dan Brazil.
"Sejumlah mekanisme kerja sama penting lainnya, termasuk dialog kedua presiden di bidang politik, ekonomi, energi dan kerja sama pertahanan akan tetap berlanjut," kata Carney.