Selasa 24 Sep 2013 19:44 WIB

Pekerja Tambang Pun Bisa Tari Kontemporer

Red:
Tari Kontemporer oleh pekerja tambang Australia
Tari Kontemporer oleh pekerja tambang Australia

CANBERRA -- Seni tarian di Australia tidak hanya dijadikan sebagai sebuah bentuk ekspresi, tapi juga medium untuk menceritakan aspek kehidupan. Para pekerja tambang di Australia mencoba mengubah pandangan warga terhadap mereka melalui tarian kontemporer.

Damien Muller sudah tidak asing lagi dengan tantangan. Buktinya, ia pernah mendaki gunung di Peru saat menjadi sukarelawan bersama Pelayanan Unit Gawat Darurat Australia.

Tetapi bagi ayah berusia 41 tahun ini, menari diatas panggung untuk banyak orang tetap saja menjadi hal lebih menantang.

"Sangat susah, saya sudah tahu itu. Banyak komponen agar bisa melakukannya dengan baik," ujar Damien, yang sehari-harinya bekerja di pabrik gas.

Lain halnya dengan Christian Crummer, manager sebuah perusahaan yang berusia 33 tahun ini awalnya merasa punya keseimbangan tubuh yang baik.

"Setelah menari, saya merasa bahwa saat kita menua mungkin keseimbangan sedikit terganggu," ujarnya.

Christian pun tidak banyak memiliki pengalaman menari, kalau pun ada hanyalah disko.

Damien dan Christian adalah anggota kelompok menari khusus pria, 'Men of the Red Earth'. Uniknya, mereka yang menari ini kebanyakan peklerja di pertambangan di negara bagian Australia Barat..

Salah satu pengagas kelompok ini adalah Megan Wood-Hill, koreografer tari kontemporer.

Ia sengaja membawa tarian kontemporer ke kawasan pertambangan, meski pada awalnya tidak tahu bagaimana mengajarkan para pria yang biasanya bekerja dengan "tangan kasar" tersebut.

Kebanyakan diantara para pria merasa malu sebelum bergabung.

"Saat saya melakukan workshop untuk pertama kalinya, 18 pria berbadan besar masuk dengan malu-malu. Belum pernah saya lihat sebelumnya ada pria yang begitu malu, sampai hanya diam dipojokan ruangan, takut menari," kenang Megan.

Jenis tarian yang diajarkan beraliran modern, tetapi ini bukanlah sembarang tarian. Biasanya ada cerita di balik gerakan dan sekuel.

Tema yang diangkat pun adalah kehidupan keseharian dari pada pekerja tambang.

"Cerita yang diangkat lebih memperlihatkan bagaimana rasanya bekerja di industri pertambangan, bagaimana sulitnya tinggal jauh dari keluarga, juga bertahan dari kesulitan lainnya. Tentu juga ada kenikmatan tersendiri bekerja di kawasan industri," ungkap Megan.

Mengubah pandangan soal pekerja tambang

Tarian yang ditampilkan seolah ingin mengubah streotip terhadap pekerja tambang atau buruh kasar.

"Mungkin kebanyakan orang pikir kerjaan kami hanya minum bir," kata Damien, "atau kita juga kadang terlihat seperti badut (dengan seragam yang berwarna mencolok), pergi kerja naik bis, dan meninggalkan tempat kerja sama seperti yang lain, kadang kita merasa kehilangan identitas."

Tetapi mereka sepakat bahwa pekerja tambang adalah juga warga biasa yang kadang terlupakan, karena mereka bukanlah pekerja yang menggunakan jas rapi dan dasi.

Saatnya membuktikan diri pun tiba. Setelah berminggu-minggu berlatih, kini mereka siap beraksi di hadapan para penonton.

'Men of the Red Earth' menggelar pertunjukkan pertama kalinya di Point Samson, yang dimulai pada pekan ini.

Usai pertunjukkan, Christian mengaku kalau kerja keras berlatih menari selama ini telah terbayarkan. Ia sangat puas.

"Sulit untuk digambarkan, kemampuan untuk menggabungkan pengalaman kita kedalam sebuah pertunjukan lewat gearkan, benar-benar sulit dipercaya," aku Christian.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement