Rabu 25 Sep 2013 09:38 WIB

Pejabat AS Telusuri Apakah Warganya Terlibat Serangan Kenya

Seorang tentara mengevakuasi pengunjung mall Westgate di Nairobi, Kenya, yang diserang gerilyawan pada 21 September.
Foto: EPA/Kabir Dhanji
Seorang tentara mengevakuasi pengunjung mall Westgate di Nairobi, Kenya, yang diserang gerilyawan pada 21 September.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Para pejabat Amerika Serikat (AS) berbicara dengan para pejabat Kenya berupaya untuk memastikan apakah ada warganya yang terlibat dalam serangan mematikan di satu pusat perbelanjaan di Nairobi, Kenya, kata seorang pejabat senior pemerintahan Barack Obama.

Ada berita-berita di AS yang melaporkan bahwa ada sejumlah kecil orang Amerika atau warga AS yang mungkin ada di antara pelaku serangan akhir pekan yang menewaskan puluhan orang di pusat perbelanjaan Nairobi. Pejabat Obama, menanyakan tentang laporan tersebut, dan mengatakan itu adalah sesuatu yang kita bicarakan dengan para pejabat Kenya. 

"Kami kini berada dalam komunikasi dengan pemerintah Kenya dan bekerja untuk memastikan apa yang kita dapat tentang adanya partisipasi orang Amerika (dalam serangan itu)," kata pejabat itu kepada wartawan di luar sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa, Selasa (24/9).

Laporan-laporan sebelumnya mengatakan sejumlah warga Amerika telah tertarik meninggalkan kenyamaan untuk bergabung dengan kelompok militan Shebab Somalia, yang berada di balik serangan berdarah atas satu pusat perbelanjaan di Kenya itu.

Sementara FBI mengatakan pada Selasa bahwa pihaknya belum dapat mengonfirmasi laporan-laporan bahwa dua atau tiga warga Amerika berada di antara pria-pria bersenjata yang menyerang mall Westgate di Nairobi, kabar yang tersiar menyebutkan sejumlah warga Amerika berada di komunitas Somalia.

Khususnya sejak Menteri Luar Negeri Kenya Amina Mohamed mengatakan, sedikitnya satu di antara para pemuda itu disebut-sebut berasal dari Minnesota, yang mempunyai komunitas Somalia terbesar di AS.

Lebih 20 pemuda telah direkrut oleh Shebab dari Minnesota tempat FBI melakukan investigasi yang disebut "Operation Rhino."

"Investigasi masih dilakukan dan berlangsung selama beberapa tahun," kata Juru Bicara FBI Kyle Loven.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement