Sabtu 05 Oct 2013 08:03 WIB

Bantu Pengamanan, Pasukan Ethiopia Bertahan di Somalia

Seorang tentara mengevakuasi pengunjung mall Westgate di Nairobi, Kenya, yang diserang gerilyawan pada 21 September.
Foto: EPA/Kabir Dhanji
Seorang tentara mengevakuasi pengunjung mall Westgate di Nairobi, Kenya, yang diserang gerilyawan pada 21 September.

REPUBLIKA.CO.ID, ADDIS ABABA -- Ethiopia tidak akan menarik pasukannya dari Somalia setelah serangan mematikan di Kenya, kata Perdana Menteri Hailemariam Deslaegn, Jumat (4/10).

"Tidak alasan untuk menarik pasukan pada saat ini, kami akan memerangi Al-Shabaab semaksimal mungkin," kata Hailemariam kepada wartawan, seperti dilansir AFP. Al-Shabaab mengeklaim bertanggung jawab atas serangan di pusat perbelanjaan kelas atas di Nairobi bulan lalu yang menewaskan sedikitnya 67 orang.

Hailemariam mengatakan, militan Al-Shabaab menimbulkan ancaman bagi kawasan dan Ethiopia akan membantu pasukan Uni Afrika (AU) serta Somalia selama ancaman itu masih ada. "Pasukan keamanan kami juga akan terus mendukung AMISOM dan pasukan pertahanan Somalia dan mereka akan tetap berada di sana sampai kami yakin Al-Shabaab tidak lagi menjadi ancaman bagi kawasan," katanya, menunjuk pada misi AU di Somalia (AMISOM).

Pasukan Ethiopia menyerbu Somalia pada November 2011 untuk membantu negara itu memerangi militan Al-Shabaab. Hailemariam tidak menyebutkan berapa banyak pasukan Ethiopia yang berada di Somalia dan hanya mengatakan jumlahnya "sangat cukup".

Pasukan AMISOM yang berkekuatan 17.700 orang telah mencapai keberhasilan besar dalam beberapa bulan ini dan menguasai daerah-daerah Somalia selatan, termasuk Mogadishu dan kota pelabuhan Kismayo. Namun, Al-Shabaab masih tetap menguasai pangkalan utama mereka, termasuk daerah pedesaan di Somalia selatan dan tengah.

Al-Shabaab mengejutkan dunia dengan serangan di pusat perbelanjaan di Nairobi, yang dimulai Sabtu siang (21 September), ketika orang-orang bersenjata menyerbu ke dalam kompleks pertokoan itu dengan menembakkan granat dan senjata otomatis serta membuat pengunjung toko yang panik lari berhamburan untuk menyelamatkan diri.

Kelompok itu menyandera sejumlah orang dan terlibat dalam ketegangan dengan polisi dan pasukan hingga Selasa (24 September), ketika Presiden Kenya Uhuru Kenyatta mengumumkan bahwa bentrokan telah berakhir dan sedikitnya 67 orang tewas.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement