Selasa 08 Oct 2013 18:44 WIB

Presiden Brasil Kesal dengan Aksi Mata-Mata Kanada

Presiden Brasil, Dilma Rousseff .
Foto: AP/Eraldo Peres
Presiden Brasil, Dilma Rousseff .

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Presiden Brazil Dilma Rousseff pada Senin menyiratkan kekesalan mengenai dugaan aksi mata-mata oleh Kanada terhadap Kementerian Pertambangan dan Energi Brazil dan menuntut Amerika Serikat serta sekutunya untuk menghentikan kegiatan tersebut.

Melalui Twitter, Rousseff mengatakan pengungkapan yang disiarkan oleh televisi Globo pada Ahad bahwa Kementerian Energi telah menjadi sasaran oleh jaringan intelijen Kanada "menunjukkan adanya motif ekonomi dan strategis" di balik pengintaian elektronik.

Ia mengatakan Brasilia menginginkan penjelasan dari Ottawa, yang tertarik pada bidang pertambangan di negaranya. "Ini tidak bisa diterima dalam hal negara-negara yang menginginkan menjadi mitra. Kami menentang perang dunia maya," katanya.

Duta Besar Kanada untuk Brazil Jamal Khokhar pada hari Senin dipanggil oleh Kementerian Luar Negeri. Pada kesempatan itu, Menteri Luar Negeri Brazil Luiz Alberto Figueiredo menyampaikan protes keras dan menuntut penjelasan.

Figueiredo menyampaikan kecaman pemerintahnya terhadap "pelanggaran serius dan tidak bisa diterima ini terhadap kedaulatan nasional dan hak-hak rakyat serta perusahaan".

Namun, Ottawa tetap bersikap diam menyangkut laporan itu.

Juru bicara Kementerian Pertahanan Kanada Julie Dimambro hanya mengatakan, "Kami tidak mengomentari kegiatan-kegiatan pengumpulan data intelijen luar negeri."

Laporan Globo hari Senin menindaklanjuti kebocoran-kebocoran informasi sebelumnya, yang juga didasarkan atas dokumen-dokumen yang dibocorkan oleh bekas pegawai kontrak badan intelijen AS Edward Snowden.

Bocoran itu mengungkapkan bahwa Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA) menyadap komunikasi-komunikasi yang dilakukan Presiden Rousseff dengan para pembantunya.

Penyadapan juga dilancarkan terhadap pembicaraan telepon dan data surat elektronik jutaan warga Brazil serta terhadap perusahaan energi raksasa milik pemerintah, Petrobras.

"Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya harus segera mengakhiri kegiatan mata-mata mereka sekarang dan selamanya," kata Rousseff.

Rousseff bulan lalu membatalkan kunjungan kenegaraan ke Amerika Serikat, yang sebelumnya dijadwalkan pada 23 Oktober, sebagai protes terhadap kegiatan mata-mata yang dilancarkan AS.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement