Kamis 14 Nov 2013 07:40 WIB

Panen Opium Afghanistan Capai Rekor Tertinggi

Rep: Nur Aini/ Red: Fernan Rahadi
Seorang tentara Amerika Serikat sedang berjalan di kebun Opium di Afghanistan.
Seorang tentara Amerika Serikat sedang berjalan di kebun Opium di Afghanistan.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Hasil panen opium di Afghanistan mencapai rekor tertinggi dengan lebih dari 200 ribu hektar tanaman untuk pertama kalinya. Data tersebut didapat dari PBB.

Lembaga PBB untuk narkoba dan kejahatan, UNODC mengatakan panen meningkat 36 persen dari tahun lalu. Sebagian besar tanaman itu ditumbuhkan di Provinsi Helmand, dimana pasukan Inggris akan ditarik dari wilayah teopiumrsebut. Salah satu alasan utama Inggris mengirim pasukannya ke Helmand adalah menekan produksi opium.

Kepala UNODC di Kabul, Jean-Luc Lemahieu mengatakan produksi opium meningkat di tengah ketidakpastian penarikan pasukan asing dan pemilihan presiden. Dia mengatakan ekonomi ilegal menjadi lebih maju. Harga barang juga naik sejak adanya aliran dana di Afganistan dari bantuan.

Dalam laporan PBB disebutkan total wilayah dengan tanaman opium naik dari 154 ribu hektar menjadi 209 ribu hektar. Wilayah itu memiliki potensi kenaikan produksi 49 persen hingga 5.500 ton, lebih dari permintaan global saat ini. Setengah dari produksi itu berada di Provinsi Helmand.

Sementara itu dua provinsi di utara yang sebelumnya mendapat status bebas opium, Faryab dan Balkh telah kehilangan statusnya. Laporan itu meminta integrasi dan respon komprehensif.

Berdasarkan laporan BBC, Rabu (13/11), produksi opium meningkat sejak 2010 meski pemerintah berupaya mengurangi panen tanaman memabukkan tersebut. Lebih banyak petani yang mencoba menumbuhkan opium setelah harganya meningkat. Afganistan memproduksi lebih dari 90 persen opium dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement