REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -— Sebuah laporan baru menyebutkan, Markas Besar Komunikasi Intelijen Pemerintah Inggris (GCHQ) ternyata juga menyadap pemesanan hotel di seluruh dunia untuk memantau keberadaan diplomat.
Mingguan Jerman Der Spiegel melaporkan, GCHQ menggunakan sistem yang secara otomatis dapat memonitor pemesanan kamar di sedikitnya 350 hotel di seluruh dunia. Tujuan utamanya adalah untuk mendeteksi perjalanan para diplomat maupun tokoh-tokoh penting dunia lainnya.
Kegiatan ini sudah dilakukan lembaga tersebut selama lebih dari tiga tahun. “Informasi ini terungkap dari sebuah dokumen yang dibocorkan oleh mantan analis Badan Keamanan Nasional AS (NSA), Edward Snowden,” tulis Der Spiegel seperti dikutip dari World Bulletin, Senin (18/11).
Menurut laporan tersebut, program yang memiliki nama kode ‘Royal Concierge’ ini menginformasikan semua proses perjalanan para diplomat asing kepada GCHQ. Prosesnya mulai dari saat pemesanan kamar dilakukan, hingga lokasi hotel tempat mereka berencana menginap.
Dokumen yang dibocorkan Snowden mengatakan, informasi pemesanan kamar ini memungkinkan komunitas intelijen Inggris membuat ‘persiapan’ yang diperlukan sebelum sang diplomat tiba di hotel. Di antara persiapan tersebut adalah memasang instalasi penyadapan pada telepon dan mesin fax di kamar yang dipesan, serta pemantauan komputer yang terhubung ke jaringan hotel.
Untuk target-target tertentu, pengawasan juga melibatkan para intel yang disebarkan di dalam hotel untuk mendengarkan percakapan diplomat yang bersangkutan saat berada di lounge.