Jumat 13 Dec 2013 10:53 WIB

Kuliah Umum di Jepang, SBY Dorong Keamanan Asia Timur

Rep: Esthi Maharani/ Red: Dewi Mardiani
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
Foto: Aditya Pradana Putra/Republika
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyoroti perdamaian di kawasan, utamanya Asia Timur. Seperti diketahui, ketegangan masih terjadi antara Jepang dan Cina untuk memperebutkan batas kekuasaan atas laut Cina Selatan. Belum lagi, persoalan perbatasan lainnya antara kedua negara.

Presiden menegaskan, diperlukan perdamaian di kawasan. Sebab, keamanan di kawasan akan berpengaruh pada negara lain dan stabilitas di kawasan. “Saya berharap masa depan pertahanan Jepang bisa bersinergi dengan keamanan di kawasan karena kita memiliki tantangan yang sama,” katanya saat memberikan kuliah umum di hadapan Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe dan doctor Takeshi Shiraishi, Jumat (13/12).

Indonesia, lanjutnya, memahami kepentingan Jepang untuk memainkan peran dalam bidang pertahanan. Tetapi, ada baiknya, jika hal tersebut tidak dipaksakan. Perkembangan di kawasan dan dampaknya terhadap negara lain pun bisa menjadi pertimbangan.

Ia mencontohkan perkembangan di kawasan Asia Tenggara yang sama tidak mudahnya. Persoalan perbatasan masih menjadi pekerjaan rumah sampai sekarang. Tetapi, ada wadah agar dialog antar negara-negara Asia Tenggara terjadi. “Untuk merespon dinamika yang terjadi di kawasan, Indonesia berkeyakinan adanya keseimbangan yang dinamis atau dynamic equilibrium,” katanya.

Dijelaskannya, keseimbangan yang dinamis di kawasan didasari pada prinsip tidak adanya tindakan anarkis antar-negara. Kawasan harus bisa beradaptasi dengan perubahan yang terjadi tetapi tidak dibarengi dengan aksi kekerasan.

“Tidak ada kekuatan yang memaksakan kehendak di kawasan. Selain itu, harus ada code of conduct dan komitmen untuk menjalankannya. Hal tersebut tak lain untuk meningkatkan kerja sama dan keamanan di kawasan serta menghadapi masalah secara bersama-sama,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement