REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Taiwan tmenyatakan berencana memangkas angkatan bersenjatanya hingga 20 persen dari total 215.000 tentara selama lima tahun ke depan. Pengurangan itu sekaligus tanda semakin menghangatnya hubungan negara itu dengan Cina.
Menteri Pertahanan Taiwan Yen Ming pada Selasa (21/1), mengatakan jumlah tentara akan dikurangi sekitar 170 ribu hingga 190 ribu, tetapi kemampuan pertahanan Taiwan tidak akan dikorbankan dalam upaya membangun "angkatan bersenjata dengan jumlah lebih kecil namun lebih ramping dan lebih profesional".
"Penyesuaian jumlah tentara sesuai rencana akan dilakukan secara bertahap serta bergantung pada anggaran pemerintah, akuisisi senjata baru, dan perubahan demografis," kata Yen. Ia juga mengatakan, pengurangan personil itu akan diberlakukan pada seluruh kekuatan angkatan, baik angkatan darat, laut, maupun udara.
Militer Taiwan, yang relatif besar dengan penduduk yang hanya berjumlah 23 juta, adalah warisan hasil dari ketegangan hubungan dengan Cina selama puluhan tahun. Hal itu disebabkan China masih menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya setelah kedua pihak berpisah pada akhir perang saudara tahun 1949.
Hubungan antara Taiwan dan Cina telah membaik secara dramatis sejak Presiden Taiwan Ma Ying-jeou, dari partai Kuomintang yang bersahabat dengan Cina, berkuasa pada 2008.
Ma Ying-jeou menjanjikan untuk meningkatkan perdagangan dan pariwisata lintas-selat. Dia pun terpilih kembali pada Januari 2012.
Walaupun ada penurunan ketegangan dengan Cina, Presiden Ma mengatakan Taiwan masih perlu menjaga pertahanan diri yang cukup sambil tetap menekan pemerintah Cina untuk mengadakan dialog.
Pada Januari 2010, pemerintah Amerika Serikat menyediakan paket senjata untuk Taiwan yang mencakup rudal Patriot, helikopter Black Hawk, dan peralatan untuk armada F-16 Taiwan. Namun, dalam paket senjata itu tidak ada kapal selam atau pun pesawat tempur baru.
Peningkatan kekuatan ekonomi Cina dibarengi dengan peningkatan kekuatan militer negara itu, termasuk investasi militer dalam bentuk produk kapal induk, rudal balistik anti-kapal, satelit, dan perangkat militer lainnya. Cna menyatakan ingin modernisasi angkatan bersenjatanya untuk tujuan defensif.
Namun, beberapa analis Taiwan melihat ekspansi Cina itu sebagai bagian dari upaya untuk mengklaim kembali pulau Taiwan serta memperkuat kekuatan militernya untuk menghadapi sengketa maritim dengan negara tetangga yang semakin panas.