Jumat 07 Feb 2014 01:46 WIB

Obama: Kebebasan Beragama dalam Ancaman

Rep: C54/Andi Nurroni/ Red: Julkifli Marbun
Barack Obama
Foto: VOA
Barack Obama

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat Barack Obama menyoroti isu kebebasan beragama dalam peringatan tahunan National Prayer Breakfast, atau hari doa nasional, Kamis (6/2).

“Di seluruh dunia, kebebasan beragama sedang dalam ancaman,” ujar Obama dalam pidatonya di Hotel Hilton, Washington.

Pada kesempatan tersebut, presiden kulit hitam pertama AS tersebut menyinggung sejumlah isu kebebasan berkeyakinan di China, Mesir, dan Myanmar.

“Kita melihat banyak pemerintah terlibat dalam praktik diskriminasi dan kekerasan terhadap keyakinan. Kita kadang juga melihat agama dijadikan alasan untuk membenci dan menghukum orang lain,” kata dia.

Secara khusus, Obama juga menyampaikan pernyataan politiknya agar sejumlah warga AS yang ditahan di negara lain berkaitan dengan isu keyakinan, agar dibebaskan.

Obama menyebut Kenneth Bae, warga AS yang telah lima bulan di tahan Korea Utara dan dipekerjakan paksa, serta Saeed Abedini, pendeta Kristen yang ditawan Iran sejak 2012.  

Banyak menyoroti masalah di luar, Obama melewatkan sama sekali isu-isu tentang keyakinan di dalam negeri. Satu yang terpenting adalah soal pasal kontrasepsi dalam Undang-undang Kesehatan yang banyak ditentang dan digugat kelompok konservatif.

Peringatan National Prayer Breakfast diperingati di AS sejak enam dekade lalu. Dalam kesempatan tersebut, biasanya presiden AS menyapa warganya dan menyampaikan pidato politiknya.

Selain itu, presiden juga biasanya mengajak para pemimpin berbagai keyakinan untuk berdialog. Hari itu, Obama pun menyatakan keinginannya untuk pergi ke Vatikan menjumpai Paus Fransiskus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement