Sabtu 01 Mar 2014 19:55 WIB

Petisi Online Berhasil Kembalikan Visa Pelajar Vietnam

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, AUSTRALIA -- Sebuah kampanye online berhasil mengembalikan visa seorang siswa internasional yang menjadi korban serangan brutal bermotif rasial. Minh Duong dapat kembali ke Australia untuk menyelesaikan tahun terakhir studinya.

Minh Duong, pelajar internasional asal Vietnam pernah menjadi korban pemukulan brutal oleh kelompok Neo-Nazi di Melbourne pada tahun 2012, dan karena insiden yang tidak terkait yang terjadi 18 bulan kemudian, Ia dicegah kembali ke Australia.

Pada Januari lalu, visa pelajar Duong dibatalkan dan membuat dia tidak boleh kembali ke Australia. Padahal Duong hanya perlu belajar satu tahun lagi untuk meraih gelar sarjana akuntansi dari Universitas Swinburne, Melbourne.

Namun kini Minh Duong dalam perjalanan kembali ke Melbourne untuk menyelesaikan studinya,  setelah kampanye digital yang mendukung Minh Duong sukses digelar di Australia.

Minh Duong berhasil mendapatkan kembali visa pelajarnya berkat dukungan petisi online yang dimulai oleh Adrian De Luca, seorang guru piano di Melbourne. Petisi tersebut berhasil meraih dukungan hampir  90.000 tanda tangan warga.

"Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada De Luca, dan semua pendukung yang menandatangani petisi serta Departemen Imigrasi Australia yang mengabulkan visa sehingga saya bisa menyelesaikan tahun terakhir saya di universitas", kata Duong.

De Luca adalah satu dari banyak warga Melbourne yang berkampanye mendukung Duong agar bisa mendapatkan kembali visanya. Pendukung lainnya adalah sersan penyelidik, Kevin Burke, polisi yang menginvestigasi serangan brutal terhadap Duong dan juga pengacara imigrasi David Bongiorno, yang bekerja siang dan malam mengupayakan visa untuk Duong tanpa dibayar.

De Luca membantu Duong dalam masa penyembuhan pasca mendapat serangan brutal dengan memberikan latihan piano gratis. Hubungan mereka berlanjut menjadi sahabat dekat.

“Saya sudah membantu Minh dengan penuh perhatian dan saya hanya ingin dia sukses,” kata De Luca.

Setelah mengetahui petisi yang dibuat De Luca suskes meraup dukungan warga, kakak Duong langsung mengirimkan pesan kalau De Luca adalah sahabat terbaik.

Meski demikian Duong mengatakan keluarganya masih ragu apakah ia tidak akan diserang lagi kalau kembali ke Australia, namun mereka tetap ingin dia menyelesaikan studinya.

“Orang tua saya berencana datang ke Australia bersama saya, mereka tahu kalau masyarakat itu ada yang baik dan ada juga yang buruk sikapnya, mereka hanya ingin saya menyelesaikan studi saya,” kata Minh Duong.

Duong menurut rencana akan tiba di Australia tanggal 1 Maret, teman dan para pendukungnya dikabarkan akan menggelar pesta dan pertemuan di Melbourne keesokan harinya.

De Luca dan Duong akan tampil bermain piano bersama dalam pesta tersebut.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement