Ahad 02 Mar 2014 19:27 WIB

Australia dan Papua Nugini Bentuk Forum Bulanan Bahas Pencari Suaka

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, AUSTRALIA -- Australia dan Papua Nugini sepakat membentuk forum bulanan untuk menginvestigasi berbagai hal terkait  kerja sama pemrosesan dan pemukiman kembali pencari suaka. Termasuk penyelidikan insiden kekerasan baru-baru ini di Pulau Manus dan mengawasi pemukiman kembali pengungsi di PNG.

Menteri Imigrasi Australia, Scott Morrison mengatakan Menteri Luar Negeri dan Menteri Imigrasi kedua negara  akan mulai menggelar forum pertemuan koordinasi rutin bulanan itu bulan depan umtuk membahas isu-isu terkait kesepakatan regional pemukiman kembali pencari suaka yang ditandatangani tahun lalu.

Morrison mengatakan fokus awal dari pertemuan tersebut adalah untuk menginvestigasi insiden kerusuhan yang terjadi di pusat pemrosesan sementara pencari suaka di Pulau Manus yang terjadi bulan lalu dan menewaskan pencari suaka asal Iran berusia 23 tahun Reza Berati.

Dalam pernyataan yang dilansir Kantor  Kementerian  Imigrasi menyebutkan kalau pihaknya menyayangkan, bersimpati dan mengucapkan belasungkawa atas kematian Berati dan berjanji akan menginvestigasi kerusuhan tersebut.

Morrison juga mengataka kalau kerjasama antara pengawas Australia dan kepolisian PNG akan dipererat untuk menyelidiki dan penyelidikan koroner guna memastikan pengungkapkan fakta dan temuan yang jelas mengenai insiden tersebut.

"Pertemuan antar menteri ini akan membantu mengupayakan seluruh agenda yang terjadwal menjadi kenyataaan dan menterjemahkan kebijakan  yang telah diumumkan menjadi aksi nyata, dan juga untuk menangani kritik mengenai klaim pemrosesan dan penempatan pencari suaka di Papua Nugini,” kata Morrison.

Forum tersebut juga akan membahas pelaksanaan projek bernilai AUD$420 juta yang akan dinegosiasikan sebagai bagian dari kesepakatan pemukiman kembali para pencari suaka di Papua Nugini.

Dia mengatakan pemrosesan klaim pencari suaka dan juga pemukiman kembali para pencari suaka di Papua Nugini akan menjadi bagian penting dari kesepakatan tersebut.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement