REPUBLIKA.CO.ID, SIMFEROPOL -- Perseteruan antara Ukraina dan patron lamanya, Rusia semakin memanas. Hal ini karena parlemen Krimea, Kamis (6/3) tampaknya memilih untuk bergabung dengan Rusia.
Pemerintah wilayah Krimea juga akan menggelar referendum yang dijadwalkan 10 hari mendatang. Keputusan ini pun semakin meningkatkan eskalasi dari krisis di semenanjung Laut Hitam.
Wakil Juru Bicara Parlemen Krimea, Sergei Tsekov menyatakan, jika tidak ada ancaman terus menerus dari pihak berwenang Ukraina mungkin pihak dia akan mengambil jalan yang berbeda.
Hanya saja satu hal yang ia rasakan saat ini adalah Ukraina menganeksasi Krimea. Namun ia yakin hati dan perasaan rakyat akan mengambil keputusan untuk bergabung dengan Rusia.
Hal itu karena rakyat Krimea lebih merasa nyaman berada di Rusia. Wakil Perdana Menteri Krimea, Rustam Temurgaliyev menyampaikan, kalau pasukan Ukraina saat ini memiliki dua pilihan, yaitu menyerah. Atau pilihan lainnya menjadi warga dan bergabung dengan militer Rusia.
Pemimpin wilayah itu, dikutip dari Al Jazirah, menyatakan 11 ribu pasukan pro Rusia saat ini menguasai semenanjung Laut Hitam. Mereka akan menahan gerak laju militer Ukraina yang juga belum menyerah kepada Rusia. Sebagian pihak menilai pasukan itu sebenarnya adalah warga Rusia. Meskipun Moskow telah menyangkal tuduhan tersebut.