REPUBLIKA.CO.ID, CRIMEA -- Komunitas Internasional hanya mengenal wilayah itu dihuni dua etnis besar, yakni Ukraina dan Rusia. Proporsinya memang besar. Namun, ada satu etnis lain yang terlupakan etnis Tatar Crimea.
Tak seperti saudaranya itu, Tatar Crimea umumnya memeluk ajaran Islam. Ia bertalian darah dengan Republik Tatarstan yang bergabung dengan Federasi Rusia selepas runtuhnya Uni Soviet.
Semasa Soviet, mereka dilarang mengungkapkan identitas sebagai Tatar Crimea. Moskwa ketika itu hanya mengakui satu Tatar. Beberapa dekade kemudian, kerinduan diri akan identitasnya, Tatar Crimea mulai menyusun satu gerakan yang menempatkan penekanan pada tempat mereka menetap.
"Muncullah kata Crimeans atau Tavreans, " ungkap Dr Andrew Wilson, Pakar Ukraina dan Politik Eurasia, seperti dilansir onislam.net, Selasa (11/3).
Menurut Wilson, kata Krimea sendiri berasal dari bahasa Tatar, Qrim. Inilah yang menjadi landasan Tatar Crimea meyakini bahwa mereka penduduk lama yang mengadopsi ajaran Islam pada abad pertengahan.
Sejarah panjang Tatar Crimea bermula pada tahun 1441. Saat itu, wilayah Crimea merupakan entitas sendiri yang dikuasai keturunan Jenghiz Khan. Beberapa tahun kemudian, Tatar Crimea yang sempat dikuasai Kekaisaran Rusia dibebaskan Turki Ustmani. Sejak itu, mereka merupakan wilayah protektorat kekalifahan Islam yang terakhir.
"Sejarawan Rusia justru berpendapat Tatar Crimea tidak memiliki peradaban, karena fungsinya hanya sebagai penghubung. Ini berbeda dengan klaim Tatar Crimea yang menyatakan mereka merupakan negara merdeka sebelum ditaklukan Rusia pada 1783," kata Wilson. Klaim Tatar Crime, memang bukan isapan jempol belaka. Ini terlihat dari bangunan Masjid Cuma Cami dan Madrasah di Zincirli.
Akibat perang berkelanjutan tanpa henti, puncaknya saat Perang Crimea berkecamuk pada tahun 1850, gelombang eksodus terjadi. Populasi Tatar Crimea menyusut drastis hingga 26 persen pada tahun 1921. Populasi semakin menyusut, identitas mereka pun mulai hilang ketika Rusia menjelma menjadi Uni Soviet.
Pada periode Soviet, Tatar Crimea dipaksa mengakui terbentuknya Republik Soviet Crimea, yang merupakan teroritorial multietnis. Pembentukan itu menyelipkan Tatar Krimea diantara dua etnis utama Soviet, yakni Rusia dan Ukraina.
Nasib Tatar Crimea kian terjepit ketika mereka dituduh bekerjasama dengan Nazi pada perang dunia kedua. Sebagai hukuman, Moskwa mendeportasi Tatar Crimea ke Asia Tengah. Ratusan ribu Tatar Crimea dipaksa pindah. "Hampir setengah dari mereka meninggal selama deportasi itu," kata Wilson.
Setelah periode Soviet berakhir, barulah Tatar Crimea kembali ke negeri kelahirannya. Sialnya, mereka terjebak kembali pada konflik yang sempat dialami nenek moyang mereka. "Yang menarik, ada teori menyebutkan Tatar Krimea modern merupakan keturunan Kipchaks atau Polovtsians, yang mendominasi Eurasia Selatan dari abad ke-9 hingga kekalahan mereka oleh bangsa Mongol pada 1241," ucapnya.