Sabtu 15 Mar 2014 07:22 WIB

Menlu Venezeula : Kerry Pembunuh Orang-orang Venezeula

Rep: dessy saputri/ Red: Taufik Rachman
Secretary of State John Kerry
Foto: jakarta.usembassy.gov
Secretary of State John Kerry

REPUBLIKA.CO.ID,KARAKAS -- Menteri Luar Negeri Venezuela mengecam Menteri Luar Negeri AS John Kerry sebagai pembunuh yang telah memicu kerusuhan dan telah menewaskan 28 orang di Amerika Selatan.

BBC melaporkan, sejak aksi demonstrasi jalanan melawan pemerintahan sosialis Presiden Nicolas Maduro terjadi pada awal Februari lalu, pejabat Venezuela menyalahkan Washington karena telah memicu permasalahan di negara tersebut menjadi lebih buruk.

Para pejabat AS sendiri menganggap Venezuela telah menjadikan mereka sebagai kambing hitam dan menuduh mereka untuk mengalihkan masalah internal ekonomi dan politiknya. Kerry pun menyebut pemerintah Venezuela telah menggunakan teror kampanye untuk menindas warganya sendiri. Kata-kata tersebut menjadi kata-kata yang paling keras yang dilontarkan oleh Washington.

"Setiap kali kami akan mengurangi kekerasan, Kerry datang dengan sebuah deklarasi dan hal itu segera memicu protes jalanan," kata Menteri Luar Negeri Elias Jaua dalam pidatonya yang disiarkan melalui televisi negara itu.

"Kerry, kami nyatakan ke seluruh dunia, Anda lah yang memicu kekerasan di Venezuela. Kami sebut anda sebagai pembunuh orang-orang Venezuela," katanya.

Setelah hubungan yang menegang selama 14 tahun antara Hugo Chavez dan AS, masih ada peluang bagi mereka untuk kembali berdekatan. Kerry dan Jaua pun bertemu pada Juni tahun lalu dalam sebuah pertemuan Organisasi Negara-negara Amerika di Guatemala dan kedua pemerintahan pun menginginkan hubungan yang lebih baik.

Namun, sejumlah insiden terjadi dan Maduro menuduh tiga diplomat AS telah merekrut demonstran pada bulan lalu. AS pun meresponnya.

Meskipun kekerasan dan hubungan keduanya terus memanas, AS yang menjadi pasar ekspor utama Venezuela ini pun tidak terpengaruh. Dalam kekerasan ini, setidaknya 28 orang telah tewas dan lebih dari 300 orang terluka.

Pasukan keamanan telah mengamankan sekitar 1.300 orang dan 100 orang diantaranya masih dalam penjara. Menurut Maduro, kekisruhan ini sebagai upaya kudeta terhadapnya.

Namun, kelompok HAM mengatakan Maduro telah menggunakan taktik tangan besi terhadap lawannya, termasuk melakukan tindakan brutal dengan mengerahkan militer dan kepolisian di jalanan. Sejumlah tahanan telah dipukuli dan dianiaya.

Para pengunjuk rasa yang mayoritas mahasiswa berjanji tidak akan berhenti menggelar aksi demonstrasi ini sampai Maduro mengundurkan diri dari pemerintahannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement