REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Utusan Khusus Presiden Amerika Serikat (AS) Bidang Perubahan Iklim John Kerry meluncurkan rencana kerja sama internasional untuk mendorong fusi nuklir. Ia mengatakan teknologi bebas emisi dapat menjadi alat yang sangat penting dalam mengatasi perubahan iklim.
Kerry mengatakan rencana itu melibatkan 35 negara dan akan fokus pada penelitian dan pengembangan. Serta isu-isu seperti rantai pasokan, regulasi dan keamanan.
"Terdapat potensi dalam fusi untuk merevolusi dunia kita," kata Kerry di pertemuan perubahan iklim PBB, COP28 di Dubai, Rabu (6/12/2023).
Fusi yang menggerakan matahari dan bintang lainnya dapat direplikasi di bumi dengan panas dan tekanan menggunakan laser atau magnet untuk menabrakan dua atom cahaya menjadi satu atom padat yang melepaskan energi yang besar.
Teknologi baru ini dapat lebih unggul dibandingkan pembangkit listrik tenaga nuklir. Karena dapat menghasilkan tenaga tanpa batas yang tidak menimbulkan limbah radioaktif. Namun masih terdapat tantangan dalam memproduksi listrik fusi secara komersial.
Salah satunya, energi yang dihasilkan dalam percobaan yang dicapai para ilmuwan sejauh ini masih terlalu sedikit agar energi fusi dapat dikomersialkan. Ada juga rintangan regulasi, konstruksi dan lokasi untuk mendirikan sistem pembangkit listrik baru untuk menggantikan yang sudah ada.
Pada 8 November lalu Inggris dan Amerika Serikat menandatangani perjanjian kerja sama tentang fusi. Negara-negara lain yang sedang mengembangkan fusi antara lain Australia, Cina, Jerman dan Jepang.
Pada bulan Agustus, para ilmuwan yang menggunakan sinar laser di laboratorium nasional AS di California mengulangi terobosan fusi yang disebut pengapian. Di mana dalam sekejap jumlah energi yang berasal dari reaksi fusi melampaui jumlah energi yang terkonsentrasi pada target.
Namun, para ilmuwan memperkirakan output energi bersih dari eksperimen itu hanya sekitar 0,5 persen dari energi yang digunakan untuk menembakkan laser.
Dari dua jenis utama fusi, satu menggunakan laser untuk memusatkan energi pada pelet emas yang mengandung hidrogen. Yang lainnya menggunakan magnet yang kuat untuk menjebak plasma, atau gas hidrogen yang dipanaskan hingga sekitar 100 juta derajat Fahrenheit (55 juta derajat Celcius).