Rabu 19 Mar 2014 08:31 WIB

Crimea Memanas Dua Orang Tewas

Armed servicemen stand near Russian army vehicles outside a Ukrainian border guard post in the Crimean town of Balaclava March 1, 2014.
Foto: Reuters/Baz Ratner
Armed servicemen stand near Russian army vehicles outside a Ukrainian border guard post in the Crimean town of Balaclava March 1, 2014.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Suara senjata terdengar di kota utama Crimea di Simferopol Selasa waktu setempat, di tengah selebrasi ratusan orang di Lapangan Lenin untuk kesepakatan penggabungan semenanjung di Laut Hitam itu dengan Russia.

Dua orang dilaporkan terbunuh dan dua terluka ketika terjadi kontak senjata di sebuah gedung militer Ukraina.

Seorang fotografer AFP di tempat kejadian perkara menyaksikan setidaknya sepuluh orang bersenjata memasuki gedung institut pemetaan laut di barat laut kota itu dan mendengar suara senjata otomatis dari dalam gedung.

Wilayah itu dibarikade oleh polisi dan milisi pro-Moskow yang menyebut dirinya pasukan bela diri."Ada sejumlah operasi tengah berlangsung di sini," kata Anatoliy Tikhonov, aktivis di luar pangkalan yang mengenakan seragam militer kepada AFP.

"Baku tembak terdengar. Untuk itulah orang-orang mendekat ke sini. Semua orang khawatir dan ingin tahu apa yang terjadi," kata Tikhonov.

Juru bicara polisi Olga Kondrashova menyebut suara senjata berasal dari tempat yang sama dan ditujukan baik kepada militer Ukraina maupun pasukan pro-Moskow.

Dia mengatakan seorang tentara Ukrainan dan seorang milisi pro-Rusia ditembak mati dan dua lainnya terluka. Setelah penembakan ini, tentara Ukraina diizinkan menembak untuk membela diri setelah sebelumnya diperintahkan untuk tidak menggunakan senjatanya.

Di tempat lainnya, ratusan orang Tatar Krimea berkumpul di sebuah pemakaman muslim untuk menguburkan Reshat Ametov (38) yang dilaporkan diculik dan disiksa karena memprotes bergabungnya Crimea ke dalam Federasi Rusia.

"Dia disiksa secara brutal," kata bibi Ametov, Zera Kadyrova, pada pemakaman itu. "Mereka mengatakan akan ada penyelidikan, namun kami tak tahu kebenarannya".

Majelis ulama Crimea mengatakan jenasah itu menjadi bukti kekerasan dan penyiksaan. Warga Tatar Krimea memprotes intervensi Rusia di Krimea dan sebagian besar tidak mengikuti referendum di mana mayoritas penduduk berbahasa Rusia setuju memisahkan diri dengan Ukraina, demikian AFP.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement