Sabtu 22 Mar 2014 02:01 WIB

Serangan Roket, Libya Tutup Bandara Ibukota

Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Benghazi, Libya, terbakar saat sekelompok demonstran menggelar aksi memprotes film yang diproduksi di Amerika Serikat pada 11 September.
Foto: Reuters/Esam Al-Fetori
Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Benghazi, Libya, terbakar saat sekelompok demonstran menggelar aksi memprotes film yang diproduksi di Amerika Serikat pada 11 September.

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI-- Pihak berwenang Libya menutup bandara di ibu kota negara itu, Tripoli, setelah sejumlah roket menghantam landasan pacunya, Jumat, kata sejumlah pejabat. "Penerbangan dihentikan namun bandara dibuka kembali dengan menggunakan landasan pacu kedua," kata seorang juru bicara kementerian perhubungan kepada wartawan Reuters yang mengunjungi bandara itu. Pewarta itu tidak melihat pesawat yang lepas landas atau mendarat.

"Kami membatalkan semua penerbangan," kata pemimpin sebuah perusahaan penerbangan asing di Libya yang biasanya melakukan sejumlah penerbangan setiap hari ke Tripoli.

Tim perawatan segera membersihkan landasan pacu yang pertama dari puing-puing, kata juru bicara kementerian perhubungan itu, dengan menambahkan bahwa masih belum jelas siapa yang melancarkan serangan roket tersebut, yang mendarat pada fajar hari. Tembakan senapan terdengar pada malam hari di ibu kota Libya tersebut, kata penduduk.

Setelah pemberontakan 2011 yang menggulingkan pemerintah Muamar Gaddafi, militan di Libya, khususnya di wilayah timur, menyerang aparat keamanan, warga asing, hakim, aktivis politik serta pekerja media, yang menewaskan lebih dari 300 orang.

Serangan bom mobil yang ditujukan pada sebuah akademi militer di kota Benghazi, Libya timur, pada 17 Maret, menewaskan sedikitnya tujuh prajurit dan mencederai 12 orang. Pada 22 Desember, serangan bom mobil bunuh diri terhadap sebuah pos keamanan 50 kilometer dari Benghazi menewaskan 13 orang. Pada 2 Maret, orang-orang bersenjata menembak mati seorang insinyur Prancis di Benghazi.

Pada 24 Februari, tujuh orang Mesir ditemukan tewas akibat penembakan di dekat Benghazi, sementara pada Januari, orang-orang bersenjata menculik lima diplomat Mesir di Tripoli dan menahan mereka selama beberapa jam.

Pada 5 Desember, seorang guru Amerika ditembak mati di Benghazi, 15 bulan setelah serangan mematikan terhadap konsulat AS di kota Libya timur itu. Korban tewas adalah seorang warga AS yang mengajar di sekolah internasional di kota itu, kata juru bicara badan keamanan Ibrahim al-Sharaa.

Pada hari yang sama, dua prajurit Libya tewas ditembak dalam insiden-insiden terpisah - serangan mematikan terakhir terhadap aparat keamanan dalam beberapa pekan ini. Pada 28 November, tiga prajurit tewas ketika militer bentrok dengan militan Ansar al-Sharia pada hari terakhir pemogokan tiga hari untuk memprotes keberadaan milisi di kota itu.

Dalam serangan lain pada hari itu, orang-orang bersenjata yang naik sebuah kendaraan memberondongkan tembakan ke arah dua prajurit ketika mereka memasuki sebuah mobil setelah meninggalkan kafe, menewaskan satu orang.

Dewan kota Benghazi mengumumkan pemogokan tiga hari setelah patroli militer diserang di dekat markas Ansar al-Sharia, kelompok militan yang dituduh bertanggung jawab atas serangan terhadap misi AS pada 2012. Pihak berwenang menyalahkan kelompok garis keras atas kekerasan di Benghazi.

Militan yang terkait dengan Al Qaida menyerang Konsulat AS di Benghazi yang menewaskan Duta Besar AS untuk Libya, Chris Stevens, dan tiga warga lain Amerika pada 11 September 2012. Pemerintah baru Libya hingga kini masih berusaha mengatasi banyaknya individu bersenjata dan milisi yang memperoleh kekuatan selama konflik bersenjata yang menggulingkan Muamar Khadafi.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement