Kamis 03 Apr 2014 15:45 WIB

Depresi Perinatal di Australia Mengkhawatirkan

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, AUSTRALIA -- Waspada terdahap depresi perinatal. Depresi Perinatal (periode lima bulan sebelum dan satu bulan sesudah melahirkan) adalah pembunuh tak bergejala. Kondisi ini juga menjadi penyebab tunggal terbesar dari kematian yang berhubungan dengan persalinan. Ironisnya, gejala depresi ini jarang dibincangkan dan ditangani serius.

Satu dari tujuh ibu baru di Australia mengalami depresi di periode perinatal, yakni lima bulan sebelum bayi lahir, dan satu bulan setelah bayi lahir. Di samping segala biaya emosional yang diderita, depresi ini juga menimbulkan biaya ekonomi.

Dari data yang diterima program 7.30 ABC, estimasi biaya yang bisa ditimbulkan depresi perinatal mencapai 535 juta dollar per tahun, jika tak ditangani. Dan sayangnya, dana penanganan penyakit ini terancam mandek.

Dean Litis sangat memahami efek destruktif dari depresi perinatal.

Istrinya, Louise, berjuang dengan depresi pasca melahirkan setelah kelahiran putra pertama mereka, Sam. Louise kemudian sembuh, dan tiga tahun kemudian, mereka dikaruniai Charlie. Depresi Louise kambuh kembali.

“Charlie waktu itu umur 5 bulan, ketika Ibunya dibawa ke rumah sakit. Louise kira-kira hanya dirawat empat hari sebelum mengakhiri nyawanya sendiri,” ratap Dean.

Ironisnya, tragedi yang dialami Dean dan keluarga, kini marak dialami keluarga lain di Australia.

 

Bujet Federal untuk kesehatan jiwa dikaji ulang

Klinik “Tweddle” membantu 1.000 orang tua mengatasi depresi perinatal tiap tahunnya, dan membawa mereka ke sesi terapi.

Kini, servis yang diberikan klinik tersebut dan juga perawatan-perawatan lain terancam mandek.

Hingga Juni tahun lalu, Pemerintah Negara Bagian dan Federal masih mendanai lembaga Depresi Perinatal Nasional.

Program 5 tahun mereka yang berbujet 85 juta dollar telah menolong ribuan ibu dan ayah baru untuk mengatasi gejala depresi dan kecemasan akut serta menanggung biaya perawatan dan pendidikan bagi para tenaga medis-nya.

Namun, perselisihan antara Negara Bagian dengan Persemakmuran di Australia mengenai anggaran mengancam keberlangsungan program ini.

“Sangat disayangkan jika pencapaian yang sudah susah payah kita bangun selama 5 tahun terakhir harus hilang perlahan-lahan,” keluh Nicole Highet, Direktur Eksekutif Pusat Penanganan Penyakit Perinatal.

Pusat Penanganan ini memperkirakan, jika seluruh perawatan depresi dan kecemasan perinatal dihentikan, Australia akan menanggung biaya kesehatan orang tua dab bayi hampir 540 juta tiap tahunnya, belum termasuknya hilangnya produktivitas.

Profesor Pat McGorry, mantan penerima penghargaan “Tokoh Australia Tahun Ini,” mengatakan, pekerjaannya dalam menangani remaja yang memiliki gangguan jiwa akan sangat terbantu jika depresi persalinan bisa dideteksi dan dirawat sejak dini.

 “Penyakit ini mempengaruhi dua orang, bukan seorang. Ia (depresi perinatal) mengganggu kesehatan jiwa anak di masa mendatang.”

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement