Sabtu 05 Apr 2014 17:10 WIB

Chad Sebut PBB Telah Fitnah Soal Serangan di Afrika Tengah

Pasukan Chad berpatroli di jalanan Gao, Mali.
Foto: AP/Jerome Delay
Pasukan Chad berpatroli di jalanan Gao, Mali.

REPUBLIKA.CO.ID, N'DJAMENA-- Pemerintah Chad pada Sabtu menyebut sebagai 'fitnah dan tendensius' tudingan yang dilontarkan PBB bahwa pasukan negara itu telah melakukan serangan tanpa provokasi di sebuah pasar yang padat di ibu kota Republik Afrika Tengah, sehingga menewaskan 30 orang.

"Pemerintah Republik Chad terkejut dan marah menghadapi investigasi yang dipublikasikan oleh Komisi Hak Asasi Manusia PBB," kata pemerintah Chad dalam pernyataannya.

Pada Jumat, PBB mengatakan bahwa penyelidikan yang dilakukan atas serangan pada 29 Maret di Bangui menemukan bahwa tentara Chad 'menembak ke arah penduduk tanpa ada provokasi'. "Saat penduduk yang panik lari berhamburan, tentara diduga melanjutkan penembakan tanpa pandang bulu," kata Rupert Colville, jurubicara badan HAM PBB itu.

"Berdasar temuan awal kami, setidaknya 30 orang tewas akibat penembakan itu dan lebih dari 300 cidera serius, termasuk anak-anak, orang cacat, perempuan hamil dan orang lanjut usia, karena mereka ini paling tidak siap untuk menyelamatkan diri."

"Tidak jelas mengapa mereka mulai menembaki seperti ini di pasar,"imbuh dia.

Serangan tersebut baru berakhir setelah pasukan perdamaian dari Kongo tiba di lokasi, kata Colville. Temuan tersebut muncul sehari setelah Chad --yang tentaranya seringkali dituduh berpihak pada kelompok Muslim dalam konflik berdarah di Afrika Tengah-- dengan berang menyatakan mundur dari pasukan perdamaian Afrika yang tengah berjuang menjaga keamanan di negara yang dilanda kemelut itu.

Chad mengatakan pada Kamis, menarik mundur pasukannya dari MISCA karena adanya "kampanye yang bermaksud jahat" trhadap mereka. Tentara Chad dalam pasukan penjaga perdamaian berkekuatan 6 ribu personel itu dilaporkan gelisah setelah mereka, seperti dikatakan MISCA, dijadikan target serangan.

Tentara Chad dituding memihak pada gerakan Seleka Muslim yang mengambil alih kekuasaan pada Maret 2013 dan bertahan sampai Januari 2014-- dan memaafkan pelanggaran yang dilakukan beberapa anggota kelompok tersebut terhadap kelompok Kristen.

Chad selalu membantah tuduhan itu dan mengatakan ingin terus bekerja sama dengan negara tetangganya untuk membangun keamanan di sana.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement