Senin 07 Apr 2014 14:05 WIB

Pemerintah-Pemberontak Sepakat Buka Pelabuhan Minyak Libya

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Bilal Ramadhan
Peta Benghazi, Libya.
Foto: Aljazeera
Peta Benghazi, Libya.

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI-- Pemberontak Libya yang menduduki empat pelabuhan minyak di Libya timur akhirnya sepakat membuka kembali pelabuhan tersebut. Kesepakatan yang dilakukan oleh pemerintah bersama pemberontak ini mengakhiri blokade minyak selama delapan bulan di negara tersebut.

Akibat dari blokade pelabuhan minyak, negara ini pun harus mengalami kerugian hingga milyaran. Dalam kesepakatan tersebut, kedua pihak sepakat untuk membuka dua pelabuhan minyak, yakni pelabuhan Zueitina dan Hariga yang diblokade oleh pemberontak federal.

Sementara itu, pemerintah mengatakan, dua pelabuhan terbesar, Ras Lanuf dan Es Sider akan segera dibebaskan dalam dua hingga empat minggu ke depana setelah pembicaraan antara kedua belah pihak selesai digelar. Dilansir dari Reuters, kelompok pemberontak tersebut menuntut mendapatkan otonomi daerah dari Tripoli.

"Pelabuhan Zueitina dan Hariga akan diserahkan ke negara dengan menandatangani kesepakatan ini. Para pengunjuk rasa dilarang kembali atau menghalangi pekerjaan di pelabuhan," kata Menteri Kehakiman Libya, Salah al-Marghani membacakan kesepakatan tersebut.

Ia melanjutkan dua pelabuhan terbesar lainnya akan kembali dibuka dalam waktu dua hingga empat pekan setelah pembicaraan selesai dilaksanakan dengan para pemberontak. Pemimpin pemberontak Ibrahim Jathran juga mengkonfirmasi blokade dua pelabuhan Zueitina dan Hariga telah berakhir.

"Kami melakukan kesepakatan ini dengan niat baik untuk membangun kepercayaan dengan melakukan dialog dan memecahkan semua persoalan dengan warga Libya dengan cara yang damai," katanya.

Pihaknya pun akan mengambil beberapa langkah untuk memperkuat kesepakatan ini. "Kami memberikan kepentingan Libya," tambahnya. Meskipun begitu, tuntutan para pemberontak pun masih dinegosiasikan dengan pemerintah sehingga pembukaan pelabuhan terbesar di Libya pun masih harus ditunda.

Pelabuhan Zueitina dan Hariga dapat memproduksi minyak sekitar 200 ribu barel tiap harinya, sedangkan pelabuhan terbesar di Libya dapat memproduksi minyak mentah sekitar 500 ribu barel. Tangki penyimpanan minyak sendiri sudah berada di pelabuhan dan siap untuk mengangkut minyak mentah. Bagi Libya jumlah produksi minyak dua pelabuhan itu sangat penting. Pasalnya selama ini Libya hanya dapat memproduksi minyak sebanyak 150 ribu barel per hari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement