REPUBLIKA.CO.ID, LA PAZ -- Bolivia memecat 702 anggota militer, Kamis (24/4) waktu setempat, sebagai respon cepat dan tegas terhadap pawai yang dilakukan para bintara yang memprotes dugaan diskriminasi terhadap anggota masyarakat adat.
Panglima angkatan bersenjata, Jenderal Victor Baldivieso, menyamakan protes itu dengan penghasutan bertujuan untuk menggelar kudeta.
Militer bertindak setelah sekitar 2.000 sersan dari semua layanan keluar untuk protes dengan berseragam dan menyanyikan lagu-lagu mars saat mereka berarak melalui pusat kota La Paz.
Protes itu dipicu oleh pemecatan 13 bintara Senin lalu karena mereka menolak untuk mematuhi perintah dan karena pemberontakan.
Tetapi, keluhan pembangkang juga mencakup pengobatan terutama bintara non-komisi Aymara dan Quechua oleh para petinggi mereka.
Di antara tuntutan mereka adalah perubahan dalam aturan yang menghalangi petugas bintara dari promosi melebihi pangkat sersan atau masuk ke lembaga-lembaga pelatihan.
"Kami tidak menentang pemerintah," kata Johnny Gil, kepala asosiasi bintara. "Kami menentang sistem ini, kapitalistis ini, neo-liberal, model kolonial dalam kemiliteran."
Asosiasi mengatakan militer harus menghormati konstitusi baru yang diumumkan oleh Presiden Evo Morales, yang dirinya seorang Aymara dan presiden Bolivia pertama yang mewakili mayoritas pribumi negara itu.
Konstitusi tersebut menjamin kesetaraan ras dan gender di negara Amerika Selatan yang miskin itu. Asosiasi menyerukan pemogokan terbuka pada Senin dan melakukan protes jalanan.
Angkatan Bersenjata Bolivia berkekuatan 38.000 personel dan sekitar 10.000 bintara.