REPUBLIKA.CO.ID, SLAVIANSK -- Juru bicara Presiden Rusia Vladimir Putin mengklaim, bentrok yang terjadi di Odessa terjadi bukan karena kesalahan Rusia.
Juru bicara Putin itu menerangkan, pasukan Ukraina lah yang menewaskan sejumlah warga sipil atas pertahanan yang dilakukan di udara Kota Slaviansk, sebagai aksi balasan yang ditujukan kepada Rusia itu.
Atas operasi upaya perebutan kembali wilayah oleh Ukraina ini, Rusia pun menyebut Kiev telah melanggar perjanjian perdamaian internasional.
Rusia pun tak segan-segan mendeklarasikan, pihaknya memiliki puluhan ribu kekuatan pasukan di perbatasan. Moskow mengklaim, jika dibutuhkan, negaranya memiliki hak penyerangan untuk melindungi warga-warga yang berbahasa Rusia di Ukraina.
Kiev yang mendapatkan dukungan penuh pihak Barat ini mengungkapkan, penggunaan peluru yang digunakan untuk menyerang dua helikopter militer Ukraina itu, turut diperkuat dengan keberadaan pasukan Rusia di kota yang berdekatan dengan Slaviansk tersebut.
Tak hanya itu, Ukraina juga menjelaskan, bahwa pasukan penyabotase Rusia, Jumat malam tersebut, berupaya memasuki kota milik Ukraina itu. Namun, mereka dipukul mundur oleh pasukan perbatasan Ukraina.
Ukraina mengklaim, Rusia memasuki wilayah perbatasan Ukraina itu. Hanya, Moskow menyangkal pihaknya terlibat dalam bentrokan. Agen keamanan Rusia pun menyatakan, bahwa hal itu tidak benar.
Krisis tak terhindarkan di Ukraina itu kini telah melanda Odessa. Wilayah di timur Ukraina yang mayoritas berbahasa Rusia itu, awalnya tak terdampak oleh konflik yang terjadi antara Ukraina dan Rusia. Namun, sekarang korban tewas telah berjatuhan di sana.
Pemerintah Kiev pun kini semakin menaruh perhatian penuh terhadap daerah-daerahnya yang berada di wilayah timur itu. Terlebih, upaya penjagaan itu kian ditingkatkan menyusul tercaploknya Crimea menjadi bagian Rusia, pada Maret kemarin.
Ukraina pun mengukuhkan alasannya. Kiev mengatakan, upaya pertahanan di wilayah timur oleh Ukraina sangat patut dilakukan, sebab Moskow telah banyak melakukan tindak kekerasan di titik-titik tersebut.
Kiev mengungkapkan, pihak pendukung Rusia telah menempatkan para warga sipil dalam keadaan bahaya. Ukraina pun mengatakan, pasukan pendukung Rusia menawan sejumlah sandera dan sudah menciptakan suasana teror di sekitar wilayah timur tersebut.
Ketegangan dengan Rusia yang terus bergejolak di wilayah timur itu pun kian kuat membayang-bayangi kelancaran proses pilpres Ukraina, yang akan dihelat 25 Mei mendatang.